Covid-19 Berdampak Buruk, IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Asia di 2021

Abdul Azis Said
28 Juli 2021, 09:26
Indonesia memperjuangkan tema prioritas di bidang keuangan dalam pertemuan IMF-World Bank, mengenai kebijakan ekonomi global, khususnya harmonisasi kebijakan antarnegara untuk pemulihan global dan mengatasi ketidakpastian global.
Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
Indonesia memperjuangkan tema prioritas di bidang keuangan dalam pertemuan IMF-World Bank, mengenai kebijakan ekonomi global, khususnya harmonisasi kebijakan antarnegara untuk pemulihan global dan mengatasi ketidakpastian global.

Lembaga keuangan global Dana Moneter Internasional alias IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia tahun ini menjadi 7,5% dari prediksi semula 8,6%. Lonjakan kasus Covid-19 yang meningkat menjadi alasan utama, karena dinilai berdampak buruk terhadap laju pemulihan ekonomi. 

"Dinamika penurunan terjadi di kelompok lima negara berkembang ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam), di mana gelombang infeksi Covid-19 baru-baru ini menyebabkan terhambatnya aktivitas," melansir laporan IMF bertajuk World Economic Outlook, Selasa (27/7).

IMF memperkirakan ekonomi negara berkembang ASEAN di 2021 mencapai 4,3% atau turun dari proyeksi sebelumnya 4,9%. Kendati demikian, lajur pertumbuhan tahun depan diperkirakan lebih optimistis sebesar 6,3% dari perkiraan semula 6,1%.

Dua negara berkembang dengan ekonomi terbesar lainnya di Asia, ekonomi Tiongkok tahun ini diperkirakan tumbuh 8,1% atau turun tipis dari proyeksi semula 8,4%. Ekonomi negeri tirai bambu tersebut tahun depan diproyeksi akan melambat hanya 5,7%.

Sementara itu, ekonomi India diproyeksikan akan terkoreksi ke 9,5% tahun ini, dari perkiraan awal 12,5%. India juga akan mengalami perlambatan pertumbuhan tahun depan ke level 8,5%.

Di tengah risiko pelambatan ekonomi negara berkembang, IMF justru merevisi naik proyeksi ekonomi negara maju di 2021, dari semula 5,1% menjadi 5,6%. Penguatan ini ditopang oleh akses vaksin di negara-negara maju yang lebih cepat ketimbang negara berkembang dan negara berpendapatan rendah.

"Hampir 40% populasi di negara maju telah divaksinasi lengkap, sedangkan di negara berkembang kurang dari setengah jumlah tersebut dan baru sebagian kecil di negara berpenghasilan rendah," tulis laporan tersebut.

Optimisme perekonomian di negara maju tahun ini utamanya berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Ekonomi AS tahun ini diperkirakan tumbuh 7% naik dari perkiraan semula 6,4%, sedangkan tahun depan berpotensi melambat 4,9%.

Untuk ekonomi Inggris, IMF memperkirakan kenaikan signifikan menjadi 7% dari proyeksi semula 5,3%. Sedangkan di tahun depan, ekonomi Negeri Ratu Elisabeth tersebut bakal melambat ke level 4,8%.

Di sisi lain, Jepang sebagai satu-satunya negara Asia yang masuk daftar negara maju justru menunjukkan perlambatan. Ekonomi Negeri Sakura tahun ini diperkirakan tumbuh hanya 2,8% lebih rendah dari perkiraan semula yakni 3,3%. Namun ada optimisme tahun depan akan menguat ke angka 3%.

Bank Pembangunan Asia atau ADB sudah lebih dulu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia  tahun ini dari 7,3% menjadi 7,2%. Sekalipun turun tipis, pemulihan ekonomi di negara-negara Asia Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik cenderung lebih lambat karena lonjakan kasus positif Covid-19 varian Delta.

Pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara direvisi dari 4,4% menjadi 4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Selatan dipangkas dari 9,5% menjadi 8,9% dan kawasan Asia Pasifik dari 10,3%.

Sementara itu, laju pemulihan di kawasan Asia Timur dan Asia Tengah diperkirakan membaik. ADB menaikkan proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang Asia Timur dari 7,4% menjadi 7,5%, dan Asia Tengah dari 3,4% menjadi 3,6%.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...