Rupiah Loyo Dekati 14.200 per US$ Tertekan Kenaikan Inflasi Global

Abdul Azis Said
27 Oktober 2021, 10:06
rupiah, rupiah hari ini, kurs rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA
Rupiah pagi ini melemah bersama mayoritas mata uang Asia.

Bank sentral AS, Inggris dan Eropa disebut dalam rencana memulai exit policy. Ini menyusul bank sentral lain seperti Korea Selatan, Singapura dan Selandia Baru yang sudah lebih dulu melakukannya.

Ariston mengatakan, pelemahan rupiah juga masih dipengaruhi masalah di sektor properti Cina yang belum usai. Raksasa Evergande diketahui berhasil melewati default atau gagal bayar setelah melunasi tagihan kupon obligasi luar negerinya akhir pekan lalu, kendati demikian perusahaan masih memiliki tagihan yang jatuh tempo pekan ini.

Namum setelah Evergande, giliran Modern Land yang dilaporkan melewati kewajibannya. Perusahaan melaporkan bahwa mereka belum membayar pokok dan bunga atas senior notes sebesar 12,85% yang jatuh tempo pada Senin (25/10). Obligasi tersebut memiliki pokok pinjaman sebesar US$ 250 juta.

Dampak spill over dari kasus Evergande menjadi perhatian serius karena satu persatu pengembang properti lainnya juga gagal memenuhi kewajibannya. CNBC International menyebutkan, China Sinic Holding, gagal memenuhi kewajiban atas obligasi luar negerinya senilai US$ 250 juta yang jatuh tempo pada Senin (18/10).

Sebelumnya ada juga China Properties Group yang melewatkan pembayaran tagihannya senilai US$ 226 juta pada 15 Oktober lalu. Selain itu, ada perusahaan Fantasia Holdings juga gagal melunasi kupon obligasi senilai US$ 206 juta pada awal bulan ini.

Berbeda dari Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto lebih optimistis dan memperkirakan rupiah bisa menguat hari ini di kisaran Rp 14.132 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di Rp 14.198 per dolar AS. Ia melihat ekspektasi pasar terhadap perekonomian domestik membaik yang kemudian mendorong penguatan nilai tukar.

"Kepercayaan investor juga cenderung meningkat dan pandemi di dalam negeri cukup terkendali, arus modal asing terus masuk ke pasar saham Indonesia," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Bank Indonesia mencatat jumlah pembelian asing di pasar saham tercatat Rp 2,06 triliun sepanjang pekan lalu. Tetapi pada saat yang sama investor juga mulai melepas kepemilikannya atas obligasi pemerintah, terdapat jual neto SBN Rp 1,35 triliun.

Di sisi lain, ia juga mengatakan pasar masih menunggu rilis data inflasi Oktober awal bulan depan. Pasar memperkirakan inflasi masih akan tetap stabil di tengah banyak negara lain yang justru berjuang karena kenaikan harga-harga. Sentimen ini dapat menahan volatilitas global.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...