Jakarta PPKM Level 1, Rupiah Menguat ke 14.258 per dolar AS

Abdul Azis Said
2 November 2021, 10:09
rupiah, nilai tukar, jakarta, ppkm level 1, jakarta ppkm level 1
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi. Rupiah diperkirakan berbalik melemah di tengah penantian rencana tapering off yang kemungkinan diumumkan dalam rapat The Fed pekan ini.

Sejauh ini, separuh dari anggota komite FOMC melihat kenaikan suku bunga bisa dilakukan lebih cepat pada tahun depan. Pasar mengantisipasi kenaikan bunga acuan The Fed dimulai pada pertengahan tahun depan.

Di sisi lain, sentimen tapering off tampaknya tidak signifikan memengaruhi pasar saham. Mayoritas indeks saham utama AS dan Eropa ditutup menguat pada perdaganagn semalam, sementara di Asia bergerak bervariasi.

"Membaiknya laporan penghasilan perusahaan di tengah pandemi menjaga optimisme tersebut. Ini mungkin bisa menahan pelemahan aset berisiko termasuk rupiah," kata Ariston.

Indeks Dow Jones Industrial ditutup menghijau 0,26%, bersama S&P 500 sebesar 0,18% dan Nasdaq Composite 0,63%. Indeks-indeks di Eropa juga menguat, FTSE 100 Inggris 0,71%, Dax Jerman 0,75%, CAC 40 Perancis 0,92% dan Ibex 35 Spanyol 1,38%.

Di Asia penguatan pada indeks Kospi Korea Selatan 1,54% bersama Nifty 50 India 1,46% dan Strait Times Singapura 0,14%. Sementara Hang Seng Hong Kong melemah 0,88%, Shanghai SE Composite Cina 0,08% dan Nikkei 225 Jepang 0,33%.

Dari dalam negeri, Ariston menilai, penguatan nilai tukar berpotensi terdorong oleh data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang melesat. IHS Markit mencatat indeks PMI manufaktur Indonesia pada Oktober sebesar 57,2, naik dari bulan sebelumnya 52,2.

"PMI Manufaktur bisa mendorong penguatan rupiah, tetapi kembali lagi ke fokus pasar saat ini yaitu rencana tapering off The Fed. Mungkin sesudah pengumuman the Fed, pasar akan menimbang semuanya kembali," kata Ariston.

Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga maramalkan rupiah akan melemah di kisaran Rp 14.276 per dolar AS dengan potensi penguatan Rp 14.165. Sentimen pelemahan terutama datang dari penantian terhadap rencana tapering off yang bakal diumumkan pada pertemuan FOMC mendatang.

Dari dalam negeri, ia belum melihat adanya sentimen yang mampu mendongkrak penguatan. "Perkembangan kemungkinan masih didominasi oleh faktor global. Faktor inflasi masih belum bisq menahan sentiment global," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) berbalik inflasi 0,12% pada Oktober setelah deflasi 0,04% bulan sebelumnya. Kenaikan harga tiket angkutan udara menjadi pemicu utama kenaikan harga-harga bulan lalu. Selain itu, inflasi tinggi juga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,1%, terutama karena kenaikan harga cabai merah dan minyak goreng.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...