Bank Dunia Beberkan Dampak Buruk Sekolah Online dan Pentingnya PTM

Abdul Azis Said
10 Januari 2022, 16:00
PTM, bank dunia, sekolah anak
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah siswi di cek suhu tubuhnya usai mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Pondok Labu, Jakarta Selatan, Selasa (4/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah mulai hari Senin (3/1). Relaksasi kebijakan ini sesuai dengan kondisi PPKM Level 1 yang diterapkan di Jakarta.

Tingkat learning poverty di negara miskin dan pendapatan menengah sudah mencapai 53% sebelum pandemi. Sementara dengan penutupan sekolah akibat Covid-19, tingkat kehilangan kemampuan pembelajaran ini berisiko naik hingga 70%.

Selain itu, temuan Bank Dunia juga menunjukkan pandemi telah memperburuk ketidaksetaraan dalam akses pendidikan. Temuan tersebut diantaranya,

  • Anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, penyandang cacat, dan anak perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk mengakses pembelajaran jarak jauh daripada teman sebayanya. Hal ini sering disebabkan kurangnya teknologi yang dapat diakses dan ketersediaan listrik, konektivitas, dan perangkat, serta diskriminasi dan norma gender
  • Siswa yang lebih muda memiliki lebih sedikit akses ke pembelajaran jarak jauh dan lebih terpengaruh oleh kehilangan kemampuan pembelajaran daripada siswa yang lebih tua, terutama di antara anak-anak usia pra-sekolah dalam tahap pembelajaran dan perkembangan yang sangat penting
  • Dampak merugikan pada pembelajaran secara tidak proporsional mempengaruhi mereka yang paling terpinggirkan atau rentan. Kehilangan belajar lebih besar bagi siswa dengan status sosial ekonomi rendah di negara-negara seperti Ghana, Meksiko, dan Pakistan
  • Bukti awal menunjukkan kerugian yang lebih besar di antara anak perempuan, karena mereka dengan cepat kehilangan perlindungan yang ditawarkan sekolah dan pembelajaran untuk kesejahteraan dan peluang hidup mereka.

Pandemi telah menyebabkan penutupan sekolah di seluruh dunia dan diperkirakan ada sekitar 1,6 miliar siswa yang terdampak. Direktur Pendidikan UNICEF Robert Jenkins memperingatkan bahwa di beberapa negara, kehilangan kesempatan belajar meningkatkan risiko pekerja anak, kekerasa berbasis gender, pernikahan dini dan kehamilan.

"Untuk membendung luka pada generasi ini, kita harus membuka kembali sekolah dan mengembalikan pelajar ke sekolah, dan mempercepat pemulihan pembelajaran," kata Robert.

Laporan Bank Dunia ini juga menyoroti, paket stimulus pandemi untuk pendidikan yang alokasinya kurang dari 3%. Sekalipun setiap negara telah mempersiapkan skema pembelajaran jarak jauh,  kualitasnya berbeda-beda dalam banyak kasus. Lebih dari 200 juta pelajar tinggal di negara miskin dan menengah ke bawah yang tidak sepenuhnya siap menerapkan belajar jarak jauh.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...