Neraca Perdagangan 2021 Surplus US$ 35 M, Tertinggi dalam 15 Tahun
Berdasarkan penggunaan barangnya, impor pada tahun lalu terutama didorong oleh kelompok barang bahan baku penolong mencapai US$ 147,38 miliar, naik 42,8% dibandingkan 2020. Impor kelompok barang modal dan barang konsumsi juga naik masing-masing 20,77% dan 37,73% menjadi US$ 28,63 miliar dan US$20,19 miliar.
"Kenaikan impor bahan baku dan penolong menunjukan ekonomi mulai membaik. Peningkatan impor barang konsumsi juga menunjukkan daya beli masyarakat membaik," kata dia.
Margo mencatat, impor bahan baku penolong berkontribusi 75,12%, barang modal 14,59%, dan konsumsi 10,29% terhadap total impor nonmigas.
Meski secara keseluruhan tahun, kinerja ekspor lebih baik dari impor. Namun, tren kinerja ekspor dan impor mulai berbalik pada Desember. Ekspor bulan lalu turun 2,04% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 22,38 miliar. Penurunan ekspor pada Desember terutama terjadi pada ekspor migas sebesar 17,93% menjadi US$ 1,09 miliar, sedangkan ekspor nonmigas turun 1,06% menjadi US$ 21,2 miliar.
Sementara itu, impor pada bulan lalu justru melesat 10,51% menjadi USS$ 21,36 miliar. Kenaikan impor terutama terjadi pada barang konsumsi mencapai 24,55% menjadi US$ 2,49 miliar, bahan baku penolong naik 9,07% menjadi US$ 15,63 miliar, sedangkan barang modal naik 8,01% menjadi US$ 3,24 miliar.
Kenaikan impor pada bulan lalu terutama didorong oleh impor asal Cina yang bertambah US$ 456,8 juta, disusul Australia, Spanyol, dan Singapura.
"Dengan ekspor sebesar US$ 22,3 miliar dan impor US$ 21,36 miliar, maka neraca perdagangan pada Desember suprlus US$ 1,02 miliar," kata Margo.