Moody's Sebut Rusia Berisiko Kesulitan Bayar Utang
"Moody's menganggap sekarang ada kemungkinan signifikan bahwa kemampuan Rusia untuk membayar kembali kewajiban utang negaranya akan terganggu oleh sanksi tersebut," kata Moody's.
Bukan hanya itu, langkah pemerintah Rusia yang melarang transfer mata uang asing ke luar negeri juga dianggap merusak kekuatan ekonomi Rusia dan membuat aliran pembayaran utang luar negeri sangat rentan. Meningkatnya ketidakpastian tindakan pemerintah akan berdampak pada profil kredit Rusia, sehingga ini menjadi cerminan dari lemahnya checks and balances oleh lembaga eksekutif dan melemahkan kekuatan institusional dan efektivitas kebijakan.
Risiko ketidakstabilan ekonomi makro Rusia juga meningkat. Moody's menyebut, sanksi akan mengakibatkan gangguan berkepanjangan terhadap ekonomi dan sektor keuangan. Depresiasi mata uang rubel Rusia memiliki konsekuensi kenaikan inflasi, perlambatan kegiatan ekonomi dan penurunan standar hidup masyarakat. Adanya penarikan simpanan oleh nasabah secara signifikan membuat likuiditas perbankan menyusut dan meningkatkan risiko terhadap stabilitas keuangan.
Sanksi menyebabkan sebagian besar penyangga keuangan Rusia tidak dapat diakses. Pembekuan aset cadangan CBR, Kementerian Keuangan dan National Wealth Fund Rusia telah mengurangi buffer Rusia dalam meredam guncangan. Meskipun Rusia menyimpang 20% cadangannya di Emas, tetapi Moody's menyebut itu kemungkinan akan sulit dicarikan menjadi hard currency.
"Likuiditas yang lebih lemah di sektor perbankan akan mengurangi kemampuannya untuk memberikan pembiayaan kepada pemerintah dan perekonomian yang lebih luas di tengah gangguan sektor keuangan dan risiko penarikan simpanan yang signifikan," kata Moody's.