Modal Asing Kabur Rp 8 T dari Pasar SBN di Tengah Perang Rusia-Ukraina
Berkah dari kenaikan harga komoditas ini yang menurutnya memperkuat kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Kondisi ini yang juga menjadi alasan modal asing masih cukup deras masuk ke pasar saham domestik sekalipun pada saat yang sama terjadi capital outflow cukup kuat di pasar SBN.
Dampak dari perang ini juga membuat prospek pemulihan ekonomi global terganggu. Memburuknya prospek pemulihan ini membuat bank sentral utama dunia seperti The Fed diambang dilema untuk menaikkan bunga acuannya.
"Ketakutan mata uang lainnya terhadap dolar kan kenaikan bunga, ketika bank sentral tidak menaikkan bunga acuannya, maka rupiah bisa jadi menguat tajam di bawah Rp 13.000/US$," kata dia.
Semakin lama perang maka tekanan bagi bank sentral untuk menahan kenaikan bunga acuan juga makin besar. Meski demikian, Gubernur The Fed Jerome Powell dalam keterangannya di depan Senator AS Kamis malam menegaskan bahwa rencana kenaikan bunga tetap berlanjut di tengah tekanan inflasi. Sementara, Powell juga mengatakan bahwa ketidakpastian masih tinggi terkait dampak perang terhadap ekonomi Amerika.
Sentimen positif juga ditopang fundamental ekonomi Indonesia yang dinilai cukup bagus. Ini didukung sejumlah data ekonomi yang dirilis sepekan terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IHK komponen inti pada Februari masih inflasi 0,31% secara bulanan. Sekalipun turun dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi secara tahunan naik menjadi 2,03%. Ibrahim menilai kondisi ini menandakan konsumsi masyarakat masih kuat.
"Dari segi apapun perekonomian Indonesia masih cukup bagus, artinya tidak ada segi negatifnya terhadap rupiah, bisa saja pasca Omicron yang sekarang melandai akan mendorong konsumsi makin tinggi," kata Ibrahim.