Rupiah Menguat 14.358/US$ di Tengah Lonjakan Harga Minyak Efek Perang
Indeks dolar AS terus merangkak naik mendekati level 100 dan sudah menguat 4,5% dalam sebulan. Pada perdagangan kemarin (8/3), indeks dolar ditutup di level 98,99 poin.
Dari dalam negeri, sentimen cenderung positif. Ariston menilai, sikap pemerintah yang memulai bersiap masuk ke masa endemi dapat membantu penguatan nilai tukar rupiah. "Pelonggaran aktivitas membantu pemulihan ekonomi dalam negeri," kata Ariston.
Pemerintah kembali memangkas waktu karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) menjadi satu hari. Meski demikian, aturan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap ataupun booster. Selain itu, pemerintah juga menghapus syarat tes PCS dan antigen bagi pelaku perjalanan domestik baik darat, laut maupun udara.
Analis Bank Mandiri Rully A Wisnubroto menyebut sentimen utama pergerakan rupiah hari ini masih datang dari perang Rusia dan Ukraina. Volatilitas rupiah masih tetap tinggi karena ketidakpastian prospek ekonomi global sebagai imbas perang.
"Secara teknikal, pada perdagangan hari ini kami memperkirakan rupiah akan berada pada rentang Rp 14.358 hingga Rp 14.416 per dolar AS," kata Rully kepada Katadata.co.id
Pasar masih akan mengamati perkembangan harga komoditas, terutama minyak yang akan berpengaruh besar terhadap inflasi. Di sisi lain, harga komoditas yang tinggi akan berdampak positif kepada neraca perdagangan Indonesia.
Selain itu, pasar kini juga menantikan pertemuan pembuat kebijakan The Fed terkait rencana pengetatan moneter lebih lanjut. Pertemuan ini dijadwalkan digelar pada pekan depan.