Risiko di Balik Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga Murah

Abdul Azis Said
21 Juli 2022, 18:11
uang rupiah, rupiah, suku bunga, bank indonesia
KATADATA
Ilustrasi. Rupiah berpotensi melemah ke level Rp 15.500 per dolar AS.

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada pertemuan bulan ini. Ekonom memperkirakan, keputusan ini dapat mendorong berlanjutnya pelemahan nilai tukar hingga menyentuh Rp 15.500 per dolar AS.

BI beralasan tetap mempertahankan suku bunga rendah karena inflasi inti masih terkendali. Hingga akhir tahun, inflasi inti juga diperkirakan tak akan melebihi 4% sekalipun inflasi secara keseluruhan diperkirakan mencapai 4,6%. Selain itu, bank sentral juga perlu mendorong pemulihan ekonomi.

Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho menilai keputusan BI tetap mempertahankan suku bunga sebetulnya tak akan signifikan mendorong keluarnya modal asing. Ini karena kepemilikan nonresiden sudah tergerus jauh dalam dua tahun terakhir. Meski demikian, menurut dia, bukan berarti tidak akan terjadi outflow yang kemudian mendorong pelemahan rupiah.

"Kalau melihat rupee India yang depresiasinya di sekitar 7%, mungkin rupiah juga akan menuju ke sana sehingga seharusnya di sekitar 15.500/US$. Saat ini rupiah baru terdepresiasi sekitar 5%," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (21/7).

Meski depresiasi bakal berlanjut, menurut dia, resikonya terhadap inflasi tak akan signifikan. Menurut dia, pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi di Indonesia relatif kecil. Bobot Indeks Harga Konsumen (IHK) mayoritas berasal dari pangan seperti sayuran, beras, cabai dan minyak goreng yang kebanyakan bukan produk impor.

Senada dengan Luthfi, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyebut langkah BI menahan suku bunga akan berdampak pada keluarnya modal asing sehingga rupiah akan melanjutkan pelemahan. Meski demikian, BI juga telah menyampaikan komitmen menjaga stabilitas nilai tukar melalui berbagai bauran kebijakan di luar suku bunga.

"Perhitungan kami, kalau BI menahan suku bunga kebijakan hingga akhir tahun dan menjalankan bauran kebijakan, level depresiasi rupiah di akhir tahun berkisar antara 7%-8%. Ini dengan asumsi transaksi berjalan kita surplus sekitar 0,1% dari PDB," kata Irman kepada Katadata.co.id.

Adapun Bank Indonesia masih optimistis terhadap rupiah ke depan. Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat seiring fundamental ekonomi yang kuat. Transaksi berjalan tahun ini diperkirakan bisa mencetak surplus hingga 0,3% dair produk Domestik Bruto (PDB).

Di samping itu, bank sentral juga kembali menegaskan komitmennya untuk berada di pasar menjaga stabilitas rupiah. BI siap melakukan intervensi melalui Domestic Non Delivery Forward (DNDF) maupun di pasar spot.

"Langkah-langkah dari stabilisasi nilai tukar melalui intervensi juga kami perkuat dengan strategi operasi moneter, menaikkan suku bunga pasar uang untuk tenor yang di atas satu minggu, memperkecil likuiditas yang tenornya jangka pendek," kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juli.

Bank sentral juga melakukan penjualan SBN di pasar sekunder untuk mendorong yield bergerak naik. Penjualan sudah dilakukan sejak 18 Juli untuk menyerap likuiditas yang berlebih di pasar keuangan. Dengan demikian, supply dan demand di pasar uang bisa kembali baik.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...