Rupiah Dibuka Menguat ke 14.828/US$ Jelang Pidato Ketua The Fed
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 20 poin ke level Rp 14.828 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Kamis (25/8). Penguatan rupiah didorong memburuknya data ekonomi AS serta kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, namun berisiko melemah di tengah penantian pertemuan The Fed di Jackson Hole.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah dari posisi pembukaan ke level Rp 14.833 pada pukul 09.20 WIB. Namun belum kembali ke level penutupan kemarin di Rp 14.848 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya kompak menguat. Yen Jepang menguat 0,23% bersama dolar Hong Kong dan dolar Tawian 0,01%, dolar Singapura 0,14%, won Korea Selatan 0,48%, peso Filipina 0,05%, rupee India dan yuan Cina 0,06%, ringgit Malaysia 0,03% dan baht Thailand 0,56%
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih akan menguat hari ini berkat memburuknya data ekonomi AS. Rupiah berpotensi terangkat ke Rp 14.800, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.870 per dolar AS.
"Data ekonomi AS yang kurang bagus seperti Data indeks manufaktur dan sektor jasa AS yang dirilis sebelumnya juga turut menekan dolar AS," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (25/8).
Mengutip Reuters, data awal dari S&P Global untuk PMI manufaktur dan jasa di AS untuk bulan Agustus terpantau turun. PMI manufaktur turun menjadi 51,3 dari bulan lalu 52,2 point. PMI sektor jasa turun menjadi 45 dari bulan Juli 47,7 poin.
Dolar AS yang sementara waktu terlihat dalam fase konsolidasi. Pasar menunggu pidato Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pertemuan Jackson Hole yang dimulai malam ini.
Powell kemungkinan kembali memberi sinyal soal suku bunga The Fed lebih lanjut. Pasar masih mengantisipasi kenaikan agresif bunga The Fed dalam pertemuan pembuat kebijakan bulan depan. "Selain itu, naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia juga membantu penguatan rupiah," kata Ariston.
BI mengerek bunga acuannya 25 bps pada pertemuan awal pekan ini. Dengan demikian suku bunga bergerak ke level 3,75% setelah lebih dari setahun terakhir belum berubah.
Namun, penguatan rupiah bisa tertahan oleh rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga bahan bakar ini bisa mengerek inflasi lebih lanjut. Dalam asesmen BI terbaru, inflasi tahun ini kemungkinan bisa mencapai 5,2%.