IMF: Biaya Ekonomi Lebih Mahal Jika Negara Mundur dari Transisi Energi

Abdul Azis Said
7 Oktober 2022, 16:06
IMF, transisi energi
Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Ilustrasi. Instalasi sumur panas bumi di PLTP Small Scale Unit Dieng yang dioperasikan PT Geo Dipa Energi.

Untuk meminimalisir biaya jumbo tersebut, IMF mendorong kebijakan perubahan iklim seperti pajak harus bertahap dan kredibel. Jika kebijakan hanya 'setengah-setengah', sektor usaha dan rumah tangga tidak akan begitu mempertimbangkan kebijakan pajak itu dalam memutuskan rencana investasinya di masa depan.

Semakin sedikit minat investasi ke proyek rendah karbon, akan memperlambat proses transisi sehingga biaya yang dibutuhkan kemungkinan akan lebih besar lagi.

IMF juga membuat skenario apabila proses transisi energi tidak dimulai segera tetapi target penurunan tetap sama yakni 25% pada 2023. Apabila kebijakan transisi ditunda hingga inflasi kembali normal. Asumsi pada 2027, maka biayanya terhadap ekonomi bisa lebih besar dibandingkan jika transisi bertahap mulai tahun ini.

Dampaknya, pertumbuhan ekonomi bisa turun 1,5 poin persentase serta kenaikan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan skenario transisi dilakukan segera.

"Jika langkah-langkah yang tepat diterapkan segera dan bertahap selama delapan tahun ke depan, biayanya akan kecil. Namun, jika transisi ke energi terbarukan tertunda, biayanya akan jauh lebih besar," kata IMF.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...