Babak Belur Tertekan Dolar AS, Rupiah Berpeluang Tembus Rp 16.000/US$

Abdul Azis Said
24 Oktober 2022, 12:20
dolar AS, pelemahan rupiah, rupiah melemah
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi. Analis memperkirakan rupiah berpotensi melemah ke level Rp 15.700 per dolar AS.

Kedua, kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan resesi. Berbagai lembaga memperingatkan risiko resesi meningkat, dengan perlambatan akan terlihat di tiga ekonomi utama yakni Amerika Serikat, Eropa dan Cina pada tahun depan. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun depan hanya sebesar 2,7%.

"Namun kalau pekan depan The Fed memberikan sinyal akan menahan kebijakan kenaikan suku bunganya karena Amerika mengalami tekanan ekonomi, itu bisa membalikkan sementara penguatan dolar AS," kata Ariston.

Apa Penyebab Dolar AS Sangat Perkasa?

Mantan Menteri Keuangan yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Chatib menyebut, pelemahan rupiah saat ini tidak mencerminkan fundamental rupiah yang 'kalah' terhadap dolar AS. Dolar AS memang sedang dalam performa yang kuat karena tiga faktor utama.

Pertama, prospek ekonomi AS lebih baik dibandingkan Eropa sekalipun dua kawasan tersebut sama-sama dibayangi resesi.  "Dengan pertumbuhan di AS yang relatif lebih kuat, implikasinya, dolar AS akan relatif kuat terhadap euro atau bahkan terhadap pound sterling. Ini mungkin pertama kalinya satu dolar AS setara dengan satu pound sterling pada saat ini," kata Chatib dalam konferensi internasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Selasa (18/10).

Kedua, AS merupakan net eksportir minyak saat ini. Harga energi yang tinggi akan menopang penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya. Ketiga, suku bunga di AS relatif naik lebih dulu dibandingkan banyak negara lainnya.

"Sehingga, akan ada aliran modal masuk untuk membeli US Treasury 10 tahun yang mungkin saat ini menjadi salah satu aset safe haven terbaik. Jadi dengan situasi seperti ini saya tidak akan terkejut bahwa dolar AS yang kuat akan terus berlanjut," kata Chatib.

Meski demikian, ia optimistis depresiasi tidak akan separah saat taper tantrum sembilan tahun silam. Alasannya, kepemilikan asing di dalam surat berharga negara (SBN) Indonesia sudah jauh berkurang, saat ini di belasan persen dari tahun 2013 yang masih di atas 30%. Hal ini memperkecil kemungkinan makin banyak modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...