Defisit APBN 2023 Capai Rp 347,6 Triliun, Ini Penjelasan Sri Mulyani

 Zahwa Madjid
2 Januari 2024, 15:30
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pidato saat Seminar on Energy Efficient Mortgage (EEM) Development throughout ASEAN Countries di Jakarta, Selasa (22/8/2023). Seminar tersebut merupakan rangkaian jelang pertemuan ke-2 tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara ASEAN (AFMGM).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar Rp 347,6 triliun. Nilai ini jauh lebih rendah dari target yang telah ditetapkan atau realisasi tahun 2022.

Defisit APBN merupakan selisih antara pendapatan negara dengan belanja negara pada tahun anggaran yang sama. Defisit ini terjadi bila pendapatan lebih kecil dari jumlah belanja.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi defisit APBN 2023 ditutup sebesar Rp 347,6 triliun atau sekitar 1,65% terhadap produk domestik bruto (PDB). Jumlah tersebut lebih rendah dari target pemerintah Rp 479,9 triliun atau setara 2,27% terhadap PDB.

"APBN 2023 kita desain dengan defisit Rp 598,2 triliun atau 2,84% GDP. Kemudian tengah tahun kita revisi lebih rendah lagi Rp 479,9 triliun atau 2,27% GDP. Realisasi defisit jauh lebih kecil, hampir dari setengah desain original," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2023, di Jakarta, Selasa (2/1).

Meskipun mencatatkan defisit, keseimbangan primer APBN masih tercatat surplus sebesar Rp 92,2 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding target pemerintah, yakni defisit sebesar Rp 38,5 triliun.

Adapun yang dimaksud dengan keseimbangan primer adalah total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. "Ini adalah surplus kesimbangan primer pertama kali sejak 2012," kata Sri Mulyani.

Pendapatan Negara Capai Rp 2.774,3 Triliun

Dari sisi realisasi pendapatan negara mencapai Rp 2.774,3 triliun, setara dengan 105,2% dari target terbaru pemerintah. Jika dibandingkan 2022, penerimaan negara masih tumbuh. Tercatat pendapatan negara tumbuh 5,3% dari Rp 2.635,8 triliun.

Adapun realisasi belanja negara mencapai Rp 3.121,9 triliun, setara dengan 100,2% target pemerintah. Nilai belanja negara juga tercatat tumbuh sebesar 0,8% dari Rp 3.096,3 triliun.

Dengan perkembangan pendapatan dan belanja tersebut, pemerintah melakukan pembiayaan sebesar Rp 359,65 triliun. Nilai itu jauh lebih rendah dari target terakhir pemerintah sebesar Rp 479,9 triliun.

"Belanja negara jika dibandingkan pada saat Covid-19 masih lebih tinggi lagi. Hal ini diikuti pendapatan negara yang bisa menjaga pace," ujarnya.

Lebih tingginya pembiayaan dibanding defisit menghasilkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA). Dengan realisasi SiLPA sampai dengan akhir tahun 2023 mencapai Rp 11,9 triliun.

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...