PM Thailand Sebut Negaranya Tengah Krisis Ekonomi, Apa Penyebabnya?

Agustiyanti
26 Januari 2024, 16:10
Thailand, ekonomi Thailand, thailand krisis ekonomi, krisis ekonomi
Pixabay
PM Thailand menyebut negaranya dalam kondisi krisis.

Namun, menurut dia, masalah ekonomi Thailand pada 2023 bukan lagi soal permintaan. Permasalahan perekonomian Thailand terletak pada sisi penawaran. Lambatnya pertumbuhan produksi terjadi karena rendahnya pertumbuhan kapasitas pabrik yang berkelanjutan selama beberapa dekade sejak Krisis Keuangan Asia, terutama sejak sekitar 2006.

Apa Masalah Ekonomi Thailand Sebenarnya?

Warr menganalisis penyebab utamanya adalah rendahnya tingkat investasi swasta dan tidak memadainya bentuk investasi publik dan reformasi ekonomi untuk meningkatkan produktivitas. Tingkat investasi swasta terhadap PDB Thailand berada jauh di bawah tingkat investasi pada dekade-dekade sebelum Krisis Keuangan Asia tahun 1997–1999 dan lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Dunia usaha di Thailand belum cukup percaya diri untuk berinvestasi pada kapasitas produktif mereka.

Dengan demikian, menurut dia, masalah ekonomi Thailand saat ini bukanlah kapasitas ekonomi yang tidak terpakai, termasuk pengangguran akibat rendahnya permintaan. Oleh karena itu, menurut Warr, program ‘dompet digital’ dianggap sebagai respons kebijakan terhadap masalah kekurangan permintaan yang sebenarnya tidak ada.

Mengutip CNA, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin pada Kamis (25/1) menekankan bahwa perekonomian negara tersebut membutuhkan suntikan stimulus yang besar untuk keluar dari apa yang disebutnya sebagai "krisis". Ia juga mengatakan bahwa negara tersebut berisiko semakin tertinggal dari para pesaingnya.

Srettha dalam sebuah forum bisnis melukiskan gambaran suram bagi perekonomian yang menurutnya bermasalah dengan utang rumah tangga dan rendahnya upah bagi masyarakat miskin.  Ia memperjuangkan kebijakan pembagian “dompet digital” yang menjadi ciri khasnya yaitu menyalurkan 500 miliar baht atau setara Rp 222 triliun kepada 50 juta warga Thailand. untuk dibelanjakan dalam enam bulan.

Namun demikian, Bank Sentral Thailand tak setuju jika Negeri Gajah ini disebut dalam kondisi krisis. Gubernur Bank of Thailand Sethaput Suthiwartnarueput mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan seperti yang terjadi di Thailand saat ini bukanlah kondisi krisis seperti yang digambarkan pemerintah. Kondisi ekonomi saat ini juga tidak dapat diperbaiki dengan memberikan stimulus sementara seperti yang ingin dilakukan pemerintah dengan membagikan bantuan tunai mencapai Rp 222 triliun. 

“Jika ingin meningkatkan potensi tingkat pertumbuhan jangka panjang, Anda harus melakukan hal-hal struktural. Anda harus meningkatkan produktivitas. Namun cara untuk mencapainya tidak hanya dengan melakukan stimulus jangka pendek,” kata Sethaput menanggapi pernyataan PM Thailand. 

Ia juga menetapkan suku bunga bank sentral netral atau tak berubah meski pemerintah meminta penurunan suku bunga untuk menggenjot perekonomian. Suku bunga  bank sentral Thailand saat ini berada di kisaran 2,5%. 

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan krisis ekonomi?

Market Business News mendefinisikan krisis ekonomi sebagai situasi dimana keadaan ekonomi negara memburuk secara signifikan. Penurunan ini biasanya disebabkan oleh krisis keuangan dan dapat berbentuk stagflasi, resesi, hingga depresi ekonomi. Ketika berada dalam masa krisis, nilai Produk Domestik Bruto (PDB), likuiditas, harga properti, serta saham menurun drastis. 

Krisis ekonomi memiliki beberapa perbedaan mendasar dari krisis keuangan. Krisis keuangan biasanya melibatkan sektor keuangan dan perbankan. Bila suatu negara mengalami krisis keuangan, lembaga keuangan pun kehilangan kepercayaan sehingga berhenti memberi pinjaman satu sama lain.


Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...