Rupiah Berpotensi Melemah Gara-gara Pernyataan Gubernur The Fed
Nilai tukar menguat tipis 0,08% ke level 15.770 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Kamis (1/2). Namun, rupiah berpotensi melemah terpengaruh oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang memberikan sinyal belum akan menurunkan bunga pada pertemuan mendatang bulan Maret 2024.
Melansir Bloomberg, sejumlah nilai tukar mata uang Asia bergerak menguat. Baht Thailand menguat 0,3%, ringgit Malaysia 0,06%, rupee India 0,09%, peso Filipina 0,02%, won Korea Selatan 0,32%, yen Jepang 0,12%, serta dolar Hong Kong dan dolar Singapura masing-masing 0,02% dan 0,13% Sementara itu, yuan Cina menguat 0,13%, dan dolar Taiwan 0,12%.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menilai rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS hari ini setelah pernyataan Powell. The Fed tidak mau terburu-buru memangkas suku bunga acuannya tahun ini karena masih belum yakin bahwa inflasi AS akan turun ke target dalam waktu dekat.
“Sikap the Fed tersebut mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia untuk sementara waktu,” ujar Ariston kepada Katadata, Kamis (1/2).
Powell mengakui bahwa inflasi sudah menurun dan dalam wawancaranya tadi pagi tidak mengungkit kenaikan suku bunga tapi timing pemangkasan suku bunga.
“Jadi menurut saya, ekspektasi ke depan, bisa terjadi penyesuaian atau tekanan terhadap nilai tukar dolar AS ke depan dengan catatan tidak muncul lagi konflik geopolitik yang melibatkan negara besar,” ujarnya.
Rupiah juga akan dipengaruhi data di dalam negeri yang akan rilis hari ini, yakni inflasi Januari yang diperkirakan masih stabil di kisaran angka bulan sebelumnya. “Ini seharusnya bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah dan membantu rupiah tidak terlalu melemah,” ujarnya.
Ia melihat, rupiah berpotensi melemah ke arah 15.830 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar 15.750 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan memperkirakan rupiah hari ini bergerak berfluktuatif tetapi akan melemah direntang 15.760 - 15.840 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) kembali mempertahankan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2023 dan 2024, yakni tetap di angka 5%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari IMF diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI. Sebelumnya, IMF telah meramalkan ekonomi RI akan mampu tumbuh seperti yang pemerintahkan harapkan, meski proyeksi ekonomi global dari berbagai lembaga terus dipangkas.
IMF juga merevisi ke atas prospek ekonomi global 2024, dari 2,9% menjadi 3,1%. Banyak negara yang terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang semakin cepat di negara-negara besar di Asia Tenggara.
“Sementara negara mitra dagang Indonesia lainnya, yakni Cina, masih diproyeksikan akan tumbuh melambat, di mana konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas,” ujarnya.
Sementara itu, di kawasan Uni Eropa, aktivitas diperkirakan akan sedikit pulih setelah tahun 2023 yang penuh tantangan, ketika harga energi yang tinggi dan kebijakan moneter yang ketat membatasi permintaan
Proyeksi dari lembaga internasional ini sejalan dengan target pemerintah yang mematok target pada level yang tidak jauh berbeda. Pemerintah dan para ekonom juga optimistis capaian produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2023 akan mampu di atas 5%. Begitu pula dengan target pemerintah pada 2024 yang mematok target 5,2%.