CORE: Pelemahan Rupiah Tidak Separah Krisis 1998, Tapi Perlu Diantisipasi

Rahayu Subekti
27 Maret 2025, 14:25
rupiah, pelemahan rupiah, dolar as, core
ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.
Petugas menyusun yang dolar AS dan rupiah di Bank Syariah Indonesia (BSI), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (21/2/2025).

Ringkasan

  • Film Alarum bergenre action thriller yang tayang perdana di Indonesia pada 17 Januari 2025.
  • Film ini dibintangi oleh Sylvester Stallone dan Scoot Eastwood sebagai pemeran utama, dan menceritakan kisah dua mantan agen mata-mata yang diburu karena rahasia yang mereka miliki.
  • Misi perburuan dipimpin oleh Chester (Sylvester Stallone), seorang agen CIA berdarah dingin yang berhasil menemukan dua eks mata-mata tersebut.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai pelemahan rupiah yang terjadi saat ini tidak separah krisis 1998. Nilai tukar rupiah saat ini sempat menyentuh level Rp 16.600-an per dolar Amerika Serikat, terendah sejak krisis moneter tersebut.

“Walaupun secara nilai disebut terendah sejak krisis 1998, tapi sebenarnya level keparahannya jelas berbeda karena yang dinilai tidak secara absolut, dulu dengan sekarang berbeda,” kata Faisal kepada Katadata.co.id, Kamis (27/3).

Selain itu, besaran persentase depresiasi rupiah saat krisis 1998 berbeda dengan kondisi saat ini. Saat krisis moneter, rupiah terdepresiasi dari sebelumnya Rp 2.500 per dolar AS menjadi Rp 16.000 per dolar AS sampai Rp 17.000 per dolar AS. Sedangkan yang terjadi sekarang, rupiah melemah dari sekitar Rp 15.000-an per dolar AS menjadi Rp 16.600 per dolar AS.

“Jadi artinya jelas secara persentase jauh berbeda sehingga dari skala dampak berbeda dari krisis 1998,” ujar Faisal.

Pelemahan Rupiah Perlu Diwaspadai

Meski tidak separah saat krisis 1998, Faisal menegaskan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini tetap perlu diantisipasi. Sebab, dampaknya akan terasa ke sektor riil..

Banyak sektor yang bergantung pada impor, baik itu impor bahan baku, penolong, maupun barang modal. "Artinya, akan lebih mahal perolehan untuk bahan barang ini,” ujar Faisal.

Dengan melemahnya rupiah, barang-barang impor semakin mahal dan  meningkatkan biaya produksi. Jika hal itu terjadi, daya saing industri juga akan turun.

Dari sisi konsumen, Indonesia bergantung kepada impor kedelai, bawang putih, tepung gandum, dan gula sehingga harga akan meningkat saat rupiah melemah. “Jelas harga komoditas ini akan lebih mahal dan meningkatkan inflasi di indeks harga konsumen. Ini juga menekan dari sisi daya beli,” ucap Faisal.

Dengan begitu, pelemahan rupiah akan membuat daya saing industri turun dan daya beli masyarakat tertekan. Lalu pada akhirnya, kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat belanja dan produksi sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

“Maka pelemahan nilai tukar yang signifikan dalam waktu singkat harus dihindari,” kata Faisal.

BI Perlu Memaksimalkan Operasi Moneter

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menyoroti langkah Bank Indonesia (BI) dalam mengatasi pelemahan rupiah saat ini. Menurut dia, seharusnya bank sentral bisa lebih memaksimalkan operasi moneter.

“Bank Indonesia cadangan devisanya masih gemuk harusnya melakukan operasi moneter untuk bisa menahan rupiah agar tidak terus mengalami pelemahan,” kata Bhima.

Dalam laporannya, BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2025 tetap tinggi mencapai US$ 154,5 miliar. Meski begitu, angka ini menurun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2025 sebesar US$ 156,1 miliar.

Posisi cadangan devisa pada bulan lalu itu setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M Juhro memastikan bank sentral terus menjaga nilai tukar sesuai mekanisme pasar dan fundamentalnya. Solikin menegaskan, nilai tukar tidak akan gonjang-ganjing jika kondisi ekonomi baik. 

“Kami pastikan untuk menghilangkan volatilitas yang tidak perlu dan menjaga rupiah tetap stabil dan akan memberikan kontribusi serta inflasi rendah,” ujarnya.

Solikin memperkirakan pelemahan rupiah saat ini bersifat temporer. Data makro ekonomi saat ini masih positif, termasuk konsumsi masyarakat. Kondisi utang luar negeri yang cukup manageable dan stabilitas sistem keuangan hingga risiko kredit yang semakin baik.

"Jadi kalau ditanya, fundamental kita bagus," katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...