Rupiah Dibuka Melemah, Dipicu Indeks Dolar hingga Data Tenaga Kerja AS
Nilai tukar rupiah berpotensi melemah pada hari ini karena tertekan sentimen data tenaga kerja Amerika Serikat (non-farm payrolls), Indeks dolar AS (DYX) hingga pendapatan rata-rata per jam di AS (Average hourly earning).
Hingga Senin pagi (10/6), rupiah dibuka melemah Rp 16.282 per dolar AS. Nilai ini melemah dibandingkan perdagangan sebelumnya pada posisi Rp 16.196 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana memperkirakan, pelemahan rupiah pada hari ini pada posisi Rp 16.110 - Rp 16.310 per dolar AS karena disebabkan oleh lima faktor.
Pelemahan akan dipengaruhi rilis non farm payroll dan average hourly earning AS yang meningkat dan memberikan kekhawatiran baru akan kemungkinan kembali tertundanya penurunan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed.
"Kemudian dipengaruhi peningkatan DXY pada Jumat lalu, kembali ke atas 105. Serta rilis rilis data cadangan devisa Indonesia yang membaik ke US$ 139 miliar," kata Fikri kepada Katadata.co.id Senin (10/6).
Selain itu, ada sentimen credit default swap (CDS) lima tahun yang membaik dan mendekati level 70. Ditambah dengan rilis kepercayaan konsumen Indonesia pada hari ini.
Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 16.50 per dolar AS karena tertekan data tenaga kerja AS periode Mei 2024. "Data non farm payrolls dan data upah rata-rata per jam menunjukkan hasil yang lebih bagus dari proyeksi pasar," ujar Ariston.
Menurut Ariston, jika kondisi ketenagakerjaan AS membaik, maka akan mendorong laju inflasi sehingga ekspektasi pemangkasan suku bunga menurun dan mendorong penguatan dolar AS. Tercatat indeks dolar AS pagi bergerak pada kisaran 105,11. Sementara pada Jumat pekan lalu, bergerak di kisaran 104.
Senada dengan keduanya, Analis Mata Uang Lukman Leong memprediksi pelemahan rupiah di level Rp 16.200- Rp 16.300 per dolar AS. "Karena dolar AS menguat tajam setelah rilis data tenaga AS yang jauh lebih kuat dari perkiraan," ucapnya.