Sri Mulyani Klaim Pengelolaan Defisit RI Lebih Baik dari India dan AS

Ferrika Lukmana Sari
11 Juni 2024, 14:37
Sri Mulyani
Fauza Syahputra|Katadata
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan pertanyaan wartawan saat konferensi pers seusai rapat paripurna DPR RI ke-17 masa persidangan V tahun sidang 2023-2024 di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/5/2024). Rapat paripurna tersebut beragendakan penyampaian pemerintah terhadap kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2025.
Button AI Summarize

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim pengelolaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia lebih baik jika dibandingkan negara lain seperti India dan Amerika Serikat (AS).

“Banyak negara di dunia mengalami lonjakan defisit saat Covid-19, namun tidak banyak negara yang berhasil menurunkan kembali defisit. Indonesia adalah sedikit negara yang mampu menurunkan defisit fiskal,” kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja Komite IV DPD RI di Jakarta, Selasa (11/6).

Dia mencontohkan India mengalami lonjakan defisit dari 7,7% terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 12,9% akibat pandemi. Hal serupa juga terjadi di AS, di mana defisit membengkak dari 5,8% menjadi 13,9%.

Indonesia bukan pengecualian. Defisit APBN pada 2019 dan 2020 meningkat dari 2,2% menjadi 6,1% terhadap PDB.  Dia mengakui defisit APBN Indonesia sempat meningkat karena ekonomi terhenti dan membutuhkan dukungan anggaran untuk kebutuhan masyarakat dan pemulihan ekonomi.

Namun dalam kurun waktu tiga tahun setelah pandemi, Indonesia berhasil menekan defisit mencapai 1,6% pada 2023. Capaian itu jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara lain, seperti India yang mencetak defisit 8,6% dan AS 8,8% pada 2023.

"Namun, kita juga mampu menurunkan defisit secara sangat cepat dengan defisit yang relatif sangat kecil, sementara negara lain masih berjuang dengan tingkat defisit,” kata dia.

Mengelola Utang ke Level Rendah

Sama halnya dengan rasio utang. Menurut Sri Mulyani, pemerintah mampu mengelola rasio utang dalam level yang relatif rendah di kisaran 39% hingga 40% sepanjang tahun 2020 sampai 2023.

Sedangkan negara lain mencatatkan rasio utang terhadap PDB dengan level yang cukup tinggi, seperti India yang berkisar 81% hingga 88% dan AS yang melampaui 100%. “Namun, kita berusaha untuk tetap menjaga rasio utang pada level yang tetap rendah,” ujar Sri Mulyani.

Untuk tahun 2025, Kementerian Keuangan membidik defisit di kisaran 2,45% - 2,82%. Kenaikan pendapatan negara ditargetkan berada pada rentang 12,14% - 12,36%, sementara belanja negara di kisaran 14,59% - 15,18%.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...