Penerimaan Pajak Anjlok, Sri Mulyani Soroti Pelemahan Harga Komoditas
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 760,38 triliun hingga Mei 2024. Nilai itu setara 38,23% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
“Pajak kita hingga Mei telah terkumpul Rp 760,38 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (27/6).
Namun penerimaan pajak itu turun 8,41% dibandingkan Mei 2023 yang bisa mencapai Rp 830,29 triliun. Penurunan dipengaruhi oleh penerimaan bruto sejumlah kelompok pajak yang mengalami kontraksi.
Tercatat Pajak penghasilan (PPh) non migas terkontraksi sebesar 5,41% dengan realisasi sebesar Rp 443,72 triliun pada Mei 2024. Nilai ini setara 41,73% dari target APBN.
Pelemahan Harga Komoditas
Sri Mulyani menjelaskan penurunan PPh disebabkan oleh pelemahan harga komoditas sehingga profitabilitas pada tahun 2023 turun, terutama pada sektor-sektor yang terkait komoditas.
Sama halnya dengan PPh non migas, PPh migas juga mengalami kontraksi sebesar 20,54%. Realisasi penyerapan PPh migas mencapai Rp 29,31 triliun atau 38,38% dari target. Perlambatan serapan PPh migas dipengaruhi oleh penurunan lifting migas.
Pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak lainnya juga terkontraksi 15,03% dengan realisasi Rp 5 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh tidak terulangnya pembayaran tagihan pajak pada tahun 2023. Adapun realisasi penyerapan PBB dan pajak lainnya telah mencapai 13,26% dari target.
Berbeda dengan ketiga komponen sebelumnya, kinerja pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) justru mencatatkan peningkatan 5,72%. Realisasi serapan dari komponen ini mencapai Rp 282,34 triliun atau 34,80% target.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhan penerimaan bruto PPn dan PPnBM sejalan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi. "Kegiatan ini terlihat dari belanja atau kegiatan yang berkontribusi terhadap PPn dan PPnBM," ujarnya.