Strategi Cina Membangun Dominasi Industri Logam Tanah Jarang Dunia

Happy Fajrian
15 Desember 2021, 07:00
logam tanah jarang, cina,
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Ilustrasi tambang.

Pada 1992, pemimpin Cina Deng Xiaoping mengucapkan sesuatu yang belum sepenuhnya dimengerti oleh dunia ketika itu. Dia berucap, “Timur Tengah memiliki minyak. Cina memiliki logam tanah jarang.”

Dunia belum mengetahui kalau mineral tanah jarang ini akan menjadi tulang punggung industri manufaktur sebagai bahan baku penting untuk memproduksi barang-barang berteknologi tinggi. Ketika itu memang belum ditemukan atau dikembangkan, atau teknologinya baru mulai dikembangkan.

Sebut saja seperti ponsel pintar atau smartphone dan mobil listrik. Lalu mineral ini juga penting dalam memproduksi alat pertahanan dan senjata, turbin angin untuk pembangkitan listrik, hingga mesin pesawat terbang.

Bahkan Cina rela untuk mencemari alamnya untuk mengekstraksi logam tanah jarang. Sebab bahan kimia yang digunakan untuk mengekstraknya dari bijih menciptakan limpasan beracun, dan selama bertahun-tahun Cina bersedia menanggung biaya itu daripada negara lain.

Pengorbanan itu pun mulai membuahkan hasil. Menurut data Center for Strategic and International Studies (CSIS)-China Power, produksi logam tanah jarang Cina melonjak dari sekitar 8.500 ton pada 1985 menjadi 130.000 ton pada 2011, porsinya mencapai 97,7% dari total produksi dunia. Simak databoks berikut:

Melihat dominasi Cina ini, negara lain yang memiliki cadangan logam tanah jarang mulai berupaya mengekstraksi dan memproduksinya. Salah satu yang paling getol untuk mengejar ketertinggalannya yaitu Amerika Serikat (AS). Apalagi AS sempat mengungguli Cina pada periode 1985 sampai 1991.

Namun setelah itu tingkat produksi AS terus menyusut, sebaliknya Cina terus meningkatkan produksinya. Pada 2019, produksi logam tanah jarang AS hanya mencapai sekitar 26.000 ton atau 12,4% atau dari total produksi global 210.000 ton, berbanding Cina 132.000 ton atau 62,8%.

Walaupun menurut data BP Statistical Review of World Energy, Negeri Panda “hanya” menguasai sekitar 44% cadangan mineral langka ini di dunia. Simak databoks berikut:

Kebijakan yang Diterapkan Lebih dari 30 Tahun Lalu

Lalu apa yang dilakukan Cina dalam menggenjot produksi logam tanah jarang hingga mampu mendominasi produksi global hingga saat ini?

Indonesia, melalui Kementerian ESDM menuding, Cina menutupi teknologi yang digunakannya dalam mengekstraksi logam tanah jarang. Akibatnya Cina berhasil mengungguli negara-negara lain yang juga tengah berupaya meningkatkan produksinya.

"Cina tak terbuka karena mereka mencoba menciptakan industri produsen logam tanah jarang. Sehingga mereka bisa menguasai produksinya," kata Deputi Direktur Pengawasan Eksplorasi Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Andri B. Firmanto, Senin (13/12).

Namun apa yang dilakukan Cina lebih dari sekedar menutupi penguasaan teknologinya. Laporan CSIS China Power menyebutkan bahwa dominasi Cina pada industri logam tanah jarang merupakan hasil dari kebijakan industri yang ditargetkan selama beberapa dekade terakhir.

“Dalam beberapa tahun terakhir Beijing juga berupaya mereformasi industri tanah jarang untuk meningkatkan efisiensi, melindungi lingkungan dengan lebih baik, dan menindak penambangan ilegal,” tulis laporan CSIS, dikutip Selasa (14/12).

Menurut laporan itu, pemerintah Cina mengambil langkah besar untuk mendukung industri tanah jarang yang baru lahir dengan mengeluarkan potongan pajak ekspor pada pertengahan 1980-an. Potongan pajak itu menurunkan biaya yang dikeluarkan perusahaan tambang Cina untuk masuk ke pasar global.

Ketika kapasitas penambangan meningkat, produsen tanah jarang di negara lain mulai mengalihkan produksi mereka ke Cina untuk mengambil keuntungan dari biaya tenaga kerja yang rendah dan peraturan lingkungan yang lemah.

Namun, pada 1990, pemerintah Cina menyatakan tanah jarang dilindungi dan mineral strategis, yang melarang perusahaan asing menambang tanah jarang di Cina dan membatasi partisipasi asing dalam proyek pengolahan tanah jarang, kecuali dalam usaha patungan dengan perusahaan Cina.

“Hal ini memungkinkan perusahaan Cina untuk mendapatkan pengetahuan asing melalui kemitraan ini sambil terus memotong persaingan asing dari rantai pasokan,” tulis laporan CSIS.

PEMERINTAH HENTIKAN EKSPOR ZIRKON KE CHINA
Ilustrasi logam tanah jarang. (ANTARA FOTO/Anindira Kintara/Lmo/wsj.)

Langkah-langkah ini berhasil mengembangkan industri tanah jarang Cina. Namun kebijakan terpenting menurut CSIS adalah kebijakan tentang kuota ekspor yang diterapkan mulai akhir tahun 1990-an.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...