Ada Nuklir di RUU EBT, Komitmen Dorong Energi Terbarukan Dipertanyakan

Image title
24 Desember 2021, 14:04
ebt, energi terbarukan, energi baru terbarukan, energi baru, ruu ebt
123rf.com/Vaclav Volrab
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir, PLTN.

Institute for Essential Services Reform (IESR) pesimistis rancangan undang-undang energi baru terbarukan atau EBT yang masih dibahas akan berdampak pada pengembangan energi terbarukan. Sebab, pengembangan energi nuklir masuk di dalam RUU tersebut.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan RUU EBT sangat rancu dan bertentangan dengan semangat memajukan energi terbarukan. Pasalnya, menurutnya yang lebih dominan justru energi baru (EB) yaitu nuklir, dalam hal ini pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Advertisement

Ia pun menyarankan agar DPR merevisi RUU EBT menjadi RUU Energi Terbarukan agar dapat efektif dan berdampak pada pengembangan energi terbarukan (ET), yang fokus pada akselerasi pengembangan dan pemanfaatannya.

"Mulai dari hulu (R&D), pengembangan industri ET, kewajiban pemanfaatan ET di tingkat produsen dan konsumen energi, insentif pemanfaatan ET, serta dukungan dari pemerintah daerah dalam memajukan ET," kata Fabby kepada Katadata.co.id, Jumat (24/12).

Selain itu dengan berlarut-larutnya pembahasan RUU EBT yang masih jalan di tempat, investor juga akan melihat hal tersebut sebagai ketidakkonsistenan DPR dan pemerintah dalam mendukung ET.

"Political will yang akan diterjemahkan ke dalam country risk yang tinggi. Kalau risiko tinggi artinya cost financing tinggi dan expected return on investment juga tinggi. Ini akan memperlambat investasi dan daya saing ET," katanya.

Karena itu, Presiden Joko Widodo harus segera membuka ruang komunikasi dengan DPR. Khususnya, untuk meluruskan substansi RUU EBT menjadi RUU ET sebagai sikap pemerintah. Simak databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement