Kapasitas PLTS Atap Juli Naik Menjadi 62 MW dari 5.800 Konsumen
Kementerian ESDM mencatat total pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap hingga Juli baru mencapai 62 megawatt (MW). Angka ini masih jauh dari target 450 MW pada akhir tahun.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan mayoritas konsumen berasal pemasangan di sektor rumah tangga.
"(Total kapasitas terpasang) 62 MW itu total kombinasi rumah tangga dan industri, sekira 5.800-an konsumen. Pemasangan di sektor industri sekitar 20 MW-an ya," kata Dadan di Kantor Kementerian ESDM pada Selasa (2/8).
Dadan pun mengakui, bahwa target pemasangan PLTS Atap sebesar 450 MW tahun 2022 muskil tercapai. "Target ini harus ditunda untuk tahun berikutnya. Kalau untuk target 3,6 gigawatt (GW) di 2025 itu optimis masih bisa terkejar," sambungnya.
Guna mengejar target tersebut, saat ini Kementerian ESDM sedang membahas ulang Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 26/2021 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap yang Terhubung Pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum.
Pemanfaatan PLTS Atap menjadi salah satu strategi pemerintah untuk menggenjot pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di tanah air dalam mengejar target 23% EBT pada bauran energi nasional pada 2025.
Adapun salah satu poin yang dibahas yakni usulan tentang kapasitas maksimum yang boleh dipasang oleh konsumen. Dadan mengatakan, pihaknya juga menerima banyak aduan dari konsumen yang merasa keberatan dengan aturan PLN yang mengatur pemasangan PLTS maksimal 15% dari kapasitas listrik terpasang.
"PLTS atap tujuannya bukan untuk menjual listrik tapi untuk dipakai sendiri, maka usulan kapasitasnya itu sesuai dengan yang dipakai. Misal, pabrik pasang 5 MW tapi dia hanya pakai pas matahari ada itu hanya 2 MW. Maka pasangnya ya 2 MW saja," katanya. "Ini harus sepemahaman, pemerintah juga memikirkan win win solution, ini bukan urusan menang atau kalah."
Kementerian ESDM bahkan mengklaim bahwa pengembangan PLTS atap secara masif, dengan kapasitas total 3,6 GW yang tengah direncanakan pemerintah, dapat menurunkan konsumsi batu bara nasional hingga 3 juta ton per tahun ketika mulai beroperasi.
Meski begitu, pengembangan PLTS atap dengan kapasitas tersebut juga akan berdampak bagi pendapatan PLN. Setidaknya ada potensi penurunan pendapatan hingga Rp 5,7 triliun per tahun.
Pemerintah menargetkan total kapasitas terpasang PLTS atap di Indonesia mencapai 2.145 megawatt (MW) hingga 2030. Dari jumlah tersebut, pemasangan di bangunan dan fasilitas BUMN akan menjadi yang terbesar diikuti kelompok rumah tangga, serta industri dan bisnis.
Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mencapai 707,5 GW pada 2020. Kapasitas ini meningkat 21,5% dari 580,8 GW pada tahun sebelumnya. Tiongkok menjadi negara dengan kapasitas PLTS terbesar dengan 253,8 GW pada 2020. Kapasitas ini mencakup 35,9% dari total kapasitas dunia.
Vietnam menjadi negara dengan pertumbuhan kapasitas PLTS terbesar pada 2020. Kapasitas PLTS Vietnam meroket 236% menjadi 16,5 GW dari 4,9 GW pada 2019. Capaian ini semakin impresif melihat kapasitas PLTS Vietnam bahkan tidak sampai 0,05 GW pada 2017 lalu.