Bank-bank Kecil Kebut Jual Saham Baru untuk Kerek Modal di Ujung Tahun

Image title
7 Desember 2021, 15:41
ojk
Bank KATADATA|Arief Kamaludin
Bank KATADATA|Arief Kamaludin

Bank-bank kecil berlari kencang di akhir tahun ini untuk menambah modal inti sesuai syarat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar minimal Rp 2 triliun. Penambahan modal umumnya dilakukan melalui penjualan saham baru alias rights issue.

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, bank umum harus memenuhi kewajiban modal inti minimal Rp 2 triliun pada akhir 2021. Tahun depan, bank perlu menambah lagi modal inti menjadi minimal Rp 3 triliun.

Sejumlah upaya dilakukan pemilik bank untuk memenuhi tenggat waktu aturan tersebut. Sebagian pemilik mau merogoh kocek sendiri untuk menambah modal banknya. Tapi, banyak juga yang memilih untuk menggaet investor strategis dna menjadi pengendali baru bank tersebut. Bank itu kemudian dialihkan menjadi bank digital.

Hal ini seiring dengan tren perkembangan bank digital. Finder.com memproyesikan orang dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank digital akan semakin meningkat. Sebanyak 25% orang dewasa Indonesia memiliki rekening bank digital pada 2021. Angka ini setara dengan 47.722.913 orang pada 2021.

Hingga pekan ketiga November 2021, OJK mencatat ada enam bank dari total 15 emiten bank di Bursa Efek Indonesia yang mendapatkan pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.

Berdasarkan data OJK tersebut, total nilai emisi rights issue perbankan mencapai Rp 139,82 triliun. Nilainya setara dengan 80,63% dari total nilai emisi seluruh rights issue Rp 173,47 triliun.

Meski mayoritas bank yang rights issue memiliki modal inti di bawah ketentuan OJK, berdasarkan nilai emisi, bank jumbo masih mendominasi. Rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) nilai emisinya mencapai Rp 95,92 triliun.

Adapun, total nilai modal inti (tier I) bank umum konvensional per September 2021 mencapai Rp 1.373 triliun. Modal inti tersebut tumbuh 9,23% dibandingkan September 2020 yang sebesar Rp 1.257 triliun.

Berikut ini sejumlah bank kecil yang tengah menggelar hajatan penambahan modal melalui penjualan saham baru di pengujung tahun ini.

PT Bank Neo Commerce Tbk

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) milik Akulaku Silvrr Indonesia tersebut masih membutuhkan tambahan modal inti untuk mengejar ketentuan OJK. Sebenarnya, pada pertengahan tahun ini Bank Neo sudah rights issue sebanyak 832,72 juta saham dengan nilai emisi Rp 250 miliar. Modal inti bank ini naik tapi baru mencapai Rp 1,02 triliun per September 2021.

Untuk itu, Bank Neo Commerce kembali menggelar rights issue kembali dengan menerbitkan 1,92 miliar saham atau 20,45%. Dengan harga pelaksanaan Rp 1.300 per saham, maka Bank Neo Commerce akan mengantongi dana Rp 2,5 triliun.

Dengan rights issue ini, modal inti Bank Neo Commerce langsung memenuhi syarat OJK. Bahkan, modalnya bisa meningkat menjadi lebih dari Rp 3 triliun, melebihi ketentuan yang ditetapkan OJK untuk tahun depan.

"Hal ini sebagai bentuk keseriusan BNC dan untuk mempercepat akselerasi transformasi menjadi bank digital terdepan di Indonesia,” kata Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan melalui siaran pers, Senin (22/11).

Penambahan modal akan diprioritaskan untuk investasi berkelanjutan pada teknologi informasi. Langkah yang ditempuh dengan pengembangan aplikasi neobank milik Bank Neo seperti pengembangan fitur dan layanan perbankan yang inovatif.

PT Bank JTrust Indonesia Tbk

Per September 2021, modal inti PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) baru sebesar Rp 1,11 triliun. Kini, bank milik investor Jepang tersebut tengah memproses penambahan modal dengan menerbitkan 4,54 miliar saham atau 45,40%. Harga pelaksanaan rights issue Rp 330 per saham, maka nilai emisi mencapai Rp 1,5 triliun.

Pemegang saham utama, yakni J Trust Co., Ltd., Jepang, beserta kelompok usahanya yakni J Trust Asia Pte. Ltd., Singapura dan PT JTrust Investments Indonesia akan melaksanakan haknya senilai Rp 1,36 triliun.

Berdasarkan prospektus terbarunya, manajemen Bank JTrust menjelaskan, hasil rights issue digunakan untuk mengukuhkan pemenuhan ketentuan tentang modal inti minimum bank. Selain itu, dana tersebut digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dalam pengembangan usaha bank.

PT Bank Ina Perdana Tbk

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) menetapkan harga pelaksanaan rights issue Rp 4.200 per saham. Alhasil, jumlah dana yang diterima bank milik taipan Anthoni Salim ini bisa mencapai maksimal Rp 1,18 triliun.

Berdasarkan keterbukaan informasi terbaru, Bank Ina Perdana menawarkan maksimal 282,71 juta saham baru. Jumlah itu setara 4,76 % dari jumlah seluruh saham setelah aksi korporasi tersebut.

Dengan rights issue tersebut, Bank Ina Perdana akan memenuhi target modal inti dari OJK pada akhir tahun ini. Pasalnya, modal inti Bank Ina Perdana per September 2021 masih Rp 1,15 triliun.

PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham pengendali menyatakan akan melaksanakan haknya. Saat ini Indolife memiliki 1,27 miliar saham atau setara 22,47 % dari seluruh saham Bank Ina Perdana.

Dana hasil rights issue akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja. Hal ini terkait pelaksanaan kegiatan operasional serta pengembangan usaha.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...