Swap dan Ekspor–Impor LNG Bagian dari Strategi Portofolio

Sampe L. Purba
Oleh Sampe L. Purba
2 Oktober 2017, 19:48
No image
Ilustrator: Betaria Sarulina

Namun, pasokan gas saat ini meningkat seiring penemuan cadangan baru, perkembangan teknologi termasuk  teknologi kilang terapung (FLNG)  dan proyeksi pertumbuhan ekonomi terutama di Tiongkok, India dan Amerika Serikat (AS). Dalam lima tahun terakhir di tahun 2010, kapasitas kilang LNG yang dibangun sekitar 160 juta ton per tahun.

Beberapa negara seperti Rusia, Norwegia, Qatar, Peru, Australia, Malaysia, dan Indonesia (Tangguh) memasuki pasar LNG. Pasar LNG di kawasan tradisional Asia juga semakin semarak dan kelebihan suplai.

Akibatnya dapat ditebak, pasar bergeser menjadi buyer’s market.  Artinya, pasar saat ini didikte oleh pembeli. Dugaan ini diperkuat dengan bergabungnya dua perusahaan listrik pembeli terbesar LNG di Jepang, yaitu TEPCO dan Chubu Electric pada Maret 2017. Kedua perusahaan ini berubah jadi perusahaan baru bernama JERA, yang mengkonsumsi LNG sekitar 40 juta ton per tahun semakin memperkuat posisi tawar pembeli LNG.

Struktur model penjualan LNG telah berubah dan menyesuaikan. Kontrak-kontrak LNG Jepang dan Korea generasi awal yang telah dan akan habis jangka waktunya, tidak akan diperpanjang lagi dengan model dan terms yang lama.

Dewasa ini,  sebagian lapangan gas sudah dikembangkan (FID – Financial Invesment Decision), sekalipun komitmen pembeli masih di kisaran 50%. Itupun bukan ke pembeli akhir.  Sisanya akan mengandalkan penjualan eceran/ spot, musiman atau sesewaktu.

Gambar ini menunjukkan hampir 30% LNG sejak tahun 2010 merupakan kontrak jangka pendek, yang mayoritas kepada pemain portofolio.

Global LNG Supply
 

Dalam kondisi ini, merchant atau pemain portofolio berperan besar. Pemain portofolio memiliki fleksibilitas, dapat melakukan taylor made sesuai kebutuhan pembelinya, seperti formula harga, volume dan jangka waktu penyerahannya. Hal ini tidak dapat dilakoni secara fleksibel oleh produser gas tradisional.

Pembeli 90% LNG dari ENI Muara Bakau misalnya, adalah pemain portofolio, yaitu ENI midstream dan Pertamina.  Mereka bukan pembeli akhir (end user). Pertamina juga sudah memiliki kontrak pembelian dengan Corpus Cristy Cheniere Ltd dan dengan Total midstream Perancis. Portofolio tersebut dapat di-swap atau dipertukarkan pasokannya sesuai kebutuhan.

Jadi, kita tidak perlu terkaget-kaget kalau suatu waktu nanti Pertamina mengajukan izin impor, dan saat yang sama juga mengisi pasar ekspor. Memanfaatkan potensi dan hitungan arbitrage, yaitu selisih harga beli dan harga jual, merupakan salah satu opportunity di dunia pedagang portofolio.

Namun, mengingat kepentingan strategis makro Indonesia tidak semata-mata bisnis jangka pendek, alangkah baiknya apabila tiga pemain besar produser dan pedagang pengguna gas di Indonesia, yaitu PLN, Pertamina dan PGN, tetap berada dalam satu harmoni tarikan nafas benang merah di bawah Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN.

Dengan demikian, publik Indonesia dapat melihat bertambahnya infrastruktur gas dan fasilitas regasifikasi di Indonesia, optimalnya penyerapan gas domestik, serta semakin efisien mata rantai perdagangannya.

Lewat deal business ini, masyarakat dan para pengamat dapat semakin menyadari bahwa mengekspor atau mengimpor LNG dengan perhitungan rasional adalah sesuatu yang lumrah. Hal itu bukan berarti menggadaikan nasionalisme kita.

Halaman:
Sampe L. Purba
Sampe L. Purba
Praktisi Energi Global. Managing Partner SP-Consultant

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...