Hulu Migas Menunggu Blusukan Presiden

Pri Agung Rakhmanto
Oleh Pri Agung Rakhmanto
27 Januari 2017, 13:45
No image
Dok. Pribadi

Pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari fenomena dan angka-angka di atas adalah meningkatkan dan bahkan melipatgandakan cadangan dan produksi minyak mentah dan gas bukan sesuatu yang tidak mungkin. Melalui kebijakan yang tepat dan konsisten serta penerapan teknologi maju yang tepat, hal itu sangat dapat dilakukan dan berhasil, bahkan di negara yang selama ini tidak dikenal sebagai negara minyak seperti Tiongkok.

Pelajaran kedua, bagi negara (besar) yang benar-benar memikirkan ketahanan energi strategis jangka panjang, mengembangkan sumber energi lain, termasuk sumber energi baru dan terbarukan, tidak berarti kemudian meninggalkan dan tidak memberikan perhatian pada sektor hulu migasnya.

Pelajaran ketiga, negara-negara tersebut sangat menyadari bahwa ke depan minyak mentah dan gas alam tetap merupakan sumber energi utama dunia. Karena itu, mereka tetap sangat memberi perhatian lebih dan sangat mendukung pengembangan sektor hulu migasnya.

Bagi mereka, sesuatu harus dilakukan untuk menurunkan ketergantungan pemenuhan kebutuhan minyak mentah dan gas alam dari impor di pasar minyak global, yang pergerakan harganya sangat tidak dapat ditebak.

Ketiga pelajaran di atas sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia. Jika Presiden mengetahui bahwa impor minyak mentah kita saat ini ternyata juga sudah melebihi 50 persen dari kebutuhan, saya yakin beliau pasti akan menginstruksikan jajarannya agar segera menggarap sektor hulu migas secara sungguh-sungguh.

Apalagi, terkait dengan keinginan beliau agar kita bisa menekan dan bahkan bebas impor BBM. Artinya, kita mesti menambah kapasitas kilang BBM sehingga kebutuhan terhadap minyak mentah sebagai bahan bakunya pasti lebih besar lagi.

Saat ini saja, dengan kapasitas kilang BBM sekitar 1,1 juta barel per hari, yang berarti bisa dianggap kebutuhan minyak mentahnya juga di angka yang sama, kita hanya bisa memenuhinya sendiri sekitar 500 ribu barel hari. Penyebabnya, dari produksi minyak mentah nasional saat ini sekitar 800 ribu barel per hari, kita hanya berhak atas sekitar 400 ribu barel per hari dari bagi hasil plus 100 ribu barel per hari dari kewajiban kontraktor.

Kalau Pertamina nantinya berhasil merealisasikan penambahan kapasitas kilang BBM untuk menekan dan membebaskan kita dari impor BBM, yang kapasitanya diperkirakan mencapai 2,5 juta barel per hari, maka impor minyak mentah otomatis akan sangat besar, bisa lebih dari 2 juta barel per hari.

Saya yakin, jika Presiden Joko Widodo mendapatkan informasi yang utuh terhadap kondisi ini, beliau pasti akan langsung turun tangan. Tidak hanya sekadar pada tingkatan memberikan perhatian lebih, tetapi langsung ‘blusukan’ di sektor hulu migas dan mengambil langkah-langkah strategis secara riil untuk meningkatkan cadangan dan produksi migas nasional. Terus terang, itu sangat kita tunggu, Pak Jokowi.

Halaman:
Pri Agung Rakhmanto
Pri Agung Rakhmanto
Dosen di FTKE Universitas Trisakti, Pendiri ReforMiner Institute
Editor: Yura Syahrul

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...