Tiga Strategi agar Indonesia Menjadi Pemain Utama Industri Baterai

Egy Adhitama
Oleh Egy Adhitama
15 Oktober 2021, 09:00
Egy Adhitama
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ilustrasi baterai

Indonesia harus memulai mendirikan industri yang tidak hanya melihat manusia sebagai sekumpulan badan dan sepasang tangan, namun melihat manusia sebagai kumpulan ilmu pengetahuan. Program riset yang kuat oleh tenaga terampil dan berpengalaman akan menjadikan geliat industri baterai tanah air tidak pernah berhenti untuk berinovasi mengembangkan terobosan baru, bila tidak Indonesia akan selalu menjadi ekor.

Ketiga, dukungan pemerintah akan tetap menjadi faktor kunci yang setidaknya menjadikan Indonesia raja di negeri sendiri. Satu dekade lalu, pemerintah Cina membatasi masuknya produsen baterai asing dengan memberi syarat bagi industri manufaktur kendaraan listrik yang ingin menerima subsidi untuk menggunakan baterai dalam negeri.

Pemerintah Korea Selatan melakukan hal serupa. Mereka amat mendukung perusahaan seperti LG Energy Solution, SK Innovation, dan Samsung SDI dalam memperluas dan menambah fasilitas produksi di luar negeri guna memenuhi permintaan kendaraan listrik yang terus meningkat.

Maka dari itu kebijakan yang berpihak kepada urusan dalam negeri harus diprioritaskan. Pemerintah harus memastikan bahwa kerja sama yang dilakukan dengan pihak luar harus melibatkan aspek transfer teknologi, yaitu adanya transfer keahlian dan pengetahuan selama proses kerja sama. Jangan sampai kekayaan alam Indonesia hanya diserap dan dimanfaatkan negara lain.

Sejauh Mana Indonesia Melaju?

Tiga strategi di atas perlu dilaksanakan untuk melengkapi langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah dalam mengembangkan industri baterai nasional. Langkah nyata awal adalah dengan membentuk PT HKML Battery Indonesia yang bekerja sama dengan mitra dari Korea Selatan seperti Hyundai Motor dan LG Energy Solution.

Dalam kemitraan tersebut peran Indonesia masih belum menonjol dan dipertanyakan. Apakah hanya sekadar membantu Korea Selatan untuk membangun kawasan pabrik baterai, membantu pasokan nikel, dan berakhir di level perakitan kendaraan saja, atau memang lebih jauh dari itu.

Lebih lanjut, Indonesia menunjuk Inalum melalui PT Aneka Tambang Tbk, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Pertamina untuk mengelola industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Inalum akan fokus di sektor hulu sebagai pemasok bahan baku, PLN fokus di sektor hilir sebagai distributor, sedang Pertamina menjadi jembatan keduanya. Namun lagi-lagi, produk yang dihasilkan masih menjadi bagian dari industri mobil listrik milik Hyundai Mobis.

Jika memang menjadi pemain utama dari industri baterai kendaraan listrik, tiga strategi di atas perlu dilakukan. Apalagi mengingat bahwa industri baterai memiliki rantai yang kompleks mulai dari penambangan dan pemurnian bahan baku, manufaktur komponen, manufaktur satuan sel baterai, dan perakitan baterai.

Ini belum termasuk manufaktur kendaraan listrik yang punya rantai produksinya sendiri. Masing-masing mata rantai ini bisa menghabiskan triliunan rupiah untuk aspek penelitian dan pengembangan yang memang penting untuk dilaksanakan.

Pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang sudah diambil untuk membentuk ekosistem industri baterai di Indonesia harus diapresiasi. Walau posisi yang diambil pemerintah lewat kerja sama holding bermitrakan perusahaan-perusahaan dari Korea Selatan ini belum ideal, pemerintah juga perlu memikirkan strategi jangka panjang.

Maksudnya, pemerintah juga harus membangun industri baterai sendiri dengan penguasaan keahlian sumber daya manusia dalam negeri dan keberanian untuk berinvestasi untuk menjadi pemain utama, bukan sekadar pemain tempelan yang mendukung negara lain melesat.

Note: artikel ini tulis bersama Bening Tirta Muhammad, PhD candidate in Interdisciplinary Graduate School (Sustainable Earth), Energy Research Institute, Nanyang Technological University

The Conversation

Halaman:
Egy Adhitama
Egy Adhitama
PhD researcher at MEET Battery Research Center, University of Münster
Artikel ini terbit pertama kali di:

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...