Momentum Commodity Supercycle untuk Pertumbuhan Ekonomi

Masyita Crystallin
Oleh Masyita Crystallin
23 Maret 2022, 07:39
Masyita Crystallin
Katadata | Joshua Siringo-ringo

Keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga di pasar komoditas, cenderung lebih banyak dinikmati oleh kelompok pemilik modal karena sektor komoditas termasuk dalam industri padat modal. Kenaikan harga komoditas padat modal rupanya menimbulkan wealth effect, di mana peningkatan penghasilan kelompok masyarakat berpendapatan tinggi melaju lebih cepat dibandingkan dengan kelompok non-pemodal. 

Yusuf (2014) menekankan bahwa kenaikan harga komoditas pertambangan dunia seperti minyak bumi, gas alam, logam, dan batu bara berdampak meningkatkan ketimpangan sosial di Indonesia. Sedangkan kenaikan harga komoditas pertanian seperti karet, kelapa sawit, kopi, dan teh cenderung tidak menimbulkan efek peningkatan ketimpangan.

Penting untuk menjaga momentum commodity supercycle agar tidak berbalik menjadi kutukan sumber daya alam (resource curse). Terlebih lagi jika suatu negara sangat bergantung pada industri ekstraktif, sehingga ketika momentum commodity supercycle berakhir, yang terjadi justru adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan transformasi struktural, serta memburuknya ketimpangan sosial.

Maka untuk mencegah hal ini terjadi di masa pemulihan ekonomi pasca-pandemi, berbagai langkah strategis dan komprehensif kiranya perlu ditempuh.

Pertama, reformasi struktural di sektor ekstraktif perlu diupayakan melalui hilirisasi industri. Adanya hilirisasi industri menjadikan Indonesia tidak hanya mengekspor komoditas mentah, namun produk turunan dan olahan dari komoditas yang bernilai tambah lebih tinggi.

Dengan tingginya nilai tambah domestik, produk-produk komoditas pertanian padat karya yang dihasilkan dapat menjadi sumber peningkatan pendapatan bagi para low-skilled labor. Pelebaran rantai pasok di wilayah Nusantara melalui hilirisasi ini pada gilirannya tak saja akan meningkatkan nilai tambah domestik, namun juga investasi dan penyerapan tenaga kerja.

Kedua, mencegah Dutch Disease terjadi di Indonesia melalui bauran kebijakan fiskal, kebijakan pasar uang, dan pasar tenaga kerja yang efektif.

Dutch Disease merujuk pada dampak kontra-produktif yang terjadi akibat fenomena industrialisasi gas alam di Belanda pada tahun 1960-an yang justru membuat real exchange rate terapresiasi, karena terms of trade (harga barang ekspor relatif terhadap barang impor) meningkat.

Hal ini dapat menyebabkan sumber daya perekonomian terfokus pada sektor yang sedang boom dan menurunkan daya saing sektor lain yang non-tradeable, dalam hal ini sektor manufaktur. Padahal manufaktur adalah sektor yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan potensial.

Bauran kebijakan fiskal, moneter, dan pasar tenaga kerja yang efektif, dibutuhkan untuk mencegah terjadinya Dutch Disease. Bauran kebijakan dapat dilakukan dengan cara meredistribusikan lonjakan pendapatan swasta dan penerimaan negara dari sektor SDA kepada sektor manufaktur padat karya dalam negeri.

Di samping itu, kebijakan fiskal mampu mendorong naiknya investasi dalam negeri sehingga produktivitas sektor manufaktur, pelayanan dasar dan infrastruktur publik meningkat. Kebijakan moneter dan tenaga kerja dikoordinasikan agar inflasi terjaga dan meminimkan dampak buruk lonjakan nilai tukar riil.

*Kolom ini merupakan pandangan pribadi penulis, yang tidak terkait dengan posisi dan institusi tempatnya bekerja.

Halaman:
Masyita Crystallin
Masyita Crystallin
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi; Sherpa Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim
Editor: Yura Syahrul

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...