Bagaimana Menerapkan MyPertamina agar Tidak Ribet?
Di tengah situasi ekonomi dunia yang sedang bergejolak, pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi BBM melalui penggunaan aplikasi MyPertamina. Tujuan penggunaan teknologi ini yaitu sebagai mekanisme kontrol penyaluran subsidi agar tepat sasaran.
Dalam hal ini, teknologi digital dapat berperan sebagai alat yang tepat untuk mengidentifikasi penerima subsidi. Karena penerapan teknologi ini melibatkan publik secara luas, perlu persiapan yang matang agar masyarakat dapat menggunakannya dengan baik. Dengan kata lain, penerapan teknologi ini tidak boleh mempersulit pengguna yang menerima manfaat dari subsidi BBM.
Di saat yang sama, kita mendengar keluh-kesah di masyarakat terkait rencana penggunaan aplikasi MyPertamina. Keluhan itu muncul di berbagai media arus utama maupun media sosial. Bahkan rencana ini telah menjadi perbincangan yang hangat di berbagai grup percakapan digital.
Berdasarkan berbagai penjelasan yang muncul di media, ilustrasi penggunaan teknologi ini adalah sebagai berikut. Masyarakat mendaftarkan kendaraannya agar mendapatkan identitas sebagai penerima subsidi berupa QRCode. Kode ini dapat dicetak atau disimpan dalam bentuk digital.
QRCode lalu ditunjukkan kepada operator SPBU untuk membeli BBM bersubsidi. Kriteria penerima BBM akan ditetapkan oleh pengambil kebijakan. Proses transaksi BBM dapat dilakukan secara tunai, kartu kredit, ataupun dengan pembayaran digital.
Dari skenario di atas, PT Pertamina sebagai pelaksana kebijakan akan mendapatkan big data kendaraan dan identitas pemilik. Hal yang perlu dipastikan yaitu bahwa terdapat perlindungan atas big data yang dikumpulkan karena terkait dengan identitas pribadi pemilik dan kendaraan.
Selain itu, big data ini seharusnya bisa diverifikasi dengan big data STNK kendaraan yang dimiliki oleh pemerintah. Karena itu, semestinya proses pendaftaran ini tidak diperlukan, karena semua kendaraan sudah terdaftar ketika membayar pajak kendaraan bermotor.
Kedua, yang perlu dipastika yakni penggunaan aplikasi MyPertamina tidak menyulitkan masyarakat luas. Agar sebuah aplikasi mudah digunakan, Benyon, D (2014) dalam bukunya ‘Designing Interactive Systems: a comprehensive guide to HCI, UX and Interactive Systems’, menjelaskan terdapat tiga aspek utama yang perlu disiapkan: pengguna, aktivitas konteks lingkungan dalam berinteraksi dengan teknologi, serta desain teknologi.
Memahami pengguna merupakan kunci pertama keberhasilan dalam desain dan penerapan kebijakan ini. Pengguna merupakan makhluk sosial yang menjadi subyek dalam penerapan teknologi ini. Dalam kasus tersebut, pengambil kebijakan dan pelaksananya perlu memahami siapa pengguna tersebut.
Pada umumnya, secara individual pengguna dapat dikategorikan berdasarkan tiga hal. Yang pertama adalah perbedaan psikologis di mana pengguna memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda dalam menggunakan teknologi digital. Misalnya ada pengguna yang tidak familiar dengan teknologi digital sehingga gelisah dan kebingungan ketika menggunakannya. Aspek ini perlu dipahami agar pengguna tidak kesulitan dalam mengadopsinya.
Berikutnya adalah aspek sosial yang berkaitan dengan latar belakang pengguna misalnya pekerjaan, dan pendidikan. Sedangkan kategorisasi ketiga adalah kelompok pengguna berdasarkan latar belakang ekonomi.
Data awal akan kategorisasi pengguna berdasarkan aspek psikologis, sosial, dan ekonomi akan membantu pelaksana kebijakan dalam merumuskan desain teknologi ini dan bagaimana mengkomunikasikannya kepada masyarakat luas.
Aspek kedua yaitu aktivitas. Hal hal yang perlu diperhatikan terkait dengan akvitas adalah waktu pendaftaran dan penggunaan MyPertamina. Siapa saja yang terlibat ketika MyPertamina digunakan, kompleksitas dalam mendaftarkan dan menggunakan di SPBU, keselamatan dalam menggunakan MyPertamina di SPBU, dan konten atau data yang diperlukan.
Aktivitas ini merupakan kunci utama dalam keberhasilan penerapan MyPertamina, karena menggambarkan bagaimana pengguna berinteraksi dengan MyPertamina. Ketika pendaftaran dan penggunaan aplikasi berjalan lambat, tentu saja pengguna akan merasa terganggu atau tidak senang dengan proses ini.
Aktivitas menggunakan teknologi tidak bisa dilepaskan dengan aspek konteks di mana aktivitas tersebut berlangsung. Dalam kasus MyPertamina, perlu diperhatikan lingkungan fisik di sekitar SPBU, lingkungan dan organisasi.
Terkait dengan lingkungan fisik, perlu diperhatikan seberapa mudah nanti aplikasi ini dapat digunakan. Sedangkan lingkungan organisasi menentukan struktur atau siapa yang dapat terlibat ketika dibutuhkan bantuan ketika penggunaan MyPertamina mengalami masalah di SPBU.
Yang terakhir adalah desain teknologi yang digunakan. Dalam kasus MyPertamina, hal utama yang perlu diperhatikan oleh desainer adalah bagaimana sistem input data sesederhana mungkin, keamanan data pengguna, dan komunikasi data dengan basis data dapat berjalan dengan baik.
Rencana penggunaan QRCode untuk transaksi BBM bersubsidi kiranya cukup serderhana. Namun yang perlu dipikirkan adalah alternatif untuk mengidentifikasi kendaraan pengguna, mengingat bukan tidak mungkin pengguna tidak mampu menunjukkan QRCode karena tidak membawa printout atau tak memiliki gadget yang mendukung. Alternatif ini diperlukan agar tidak terjadi kebuntuan transaksi karena system input tunggal.
Evaluasi terhadap skenario di atas perlu dilakukan berdasarkan hasil uji coba atau pilot project penerapan kebijakan ini di berbagai provinsi. Selain itu, perlu dilakukan pengujian user experience dan usability teknologi ini.
Pengujian UX dan usability tidak hanya berdasarkan survei atau wawancara saja, tapi perlu juga menggunakan teknologi eye tracking sehingga bisa mendapatkan data visual attention pengguna berupa gazeplot dan heatmaps yang lebih obyektif.
Aspek-aspek di atas perlu dikombinasikan dengan strategi komunikasi yang tepat sasaran, jelas dan tidak ambigu sehingga masyarakat dapat memahami kebijakan ini. Selain itu, ketersediaan informasi yang membantu masyarakat dalam menggunakan aplikasi ini perlu disediakan secara luas.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.