Energi Bersih, Fondasi Ketahanan Energi Pertamina

Jimmy Wijaya
Oleh Jimmy Wijaya
11 Desember 2023, 11:13
Jimmy Wijaya
Katadata

Memasuki usia lebih dari setengah abad, Pertamina telah melampaui berbagai pencapaian gemilang sebagai perusahaan energi Indonesia. Di kancah global, Pertamina terus berkompetisi meraih predikat perusahaan energi skala dunia.

Kinerja yang ditorehkan hingga saat ini seharusnya dapat lebih memantapkan Pertamina untuk mengawal sustainable energy dan upaya ketahanan energi nasional. Ketahanan yang menjadi landasan vital bagi setiap negara.

Sejumlah langkah taktis dilakukan perusahaan yang resmi berdiri 10 Desember 1957 silam dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan energi hingga ke penjuru negeri. Walaupun diakui, berbagai tantangan harus dilalui demi mewujudkan energi berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Transisi BBM Hijau

Pertamina perlahan shifting mengubah bisnis model ke produk energi ramah lingkungan. Investasi untuk energi terbarukan terus digenjot, mulai dari BBM berlabel green energy hingga geothermal energy (panas bumi). Ini merupakan salah satu langkah strategis untuk segera melakukan transisi energi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Jika merujuk pada laporan World Economic Forum (WEF) yang bertajuk Fostering Effective Energy Transition 2023, Swedia merupakan negara dengan kinerja transisi energi terbaik secara global. Indonesia melalui Pertamina bisa menjadikan Swedia sebagai pilot project dimana tingkatan penggunaan energi bersih, pengurangan emisi karbon, kesiapan infrastruktur, sampai kerangka regulasi dan kemampuan finansial sebagai indikator transisi energi.

Ancaman kerusakan lingkungan dan pemanasan global merupakan salah satu alasan produksi BBM hijau menjadi perhatian lebih. Alasan lain, semua material produksi dan bahan bakunya dapat diperoleh secara domestik seperti sawit yang tumbuh subur di Indonesia sehingga dianggap memenuhi prinsip sustainability.

Selain kontur tanah dan iklim yang cocok sehingga keberadaannya melimpah, pemanfaatan sawit untuk bahan bakar sejalan dengan kapasitas produksi Indonesia yang merupakan salah satu penghasil sawit terbesar di dunia. Dengan demikian, mampu menyuplai minyak sawit secara berkelanjutan ke banyak sektor, termasuk bidang energi.

Sejauh ini, sudah ada Kilang Cilacap yang mampu mengolah bahan baku campuran BBM dari minyak kelapa sawit atau Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Meski sudah berhasil, inovasi terus dijalankan. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan kilang untuk pengolahan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) menjadi biofuels atau HVO.

Pemanfaatan UCO merupakan sebuah proyek revolusioner yang sekaligus dapat menekan produksi limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan. Sebagai catatan, HVO merupakan golongan diesel terbarukan yang diolah melalui proses hidrogenasi dan hydocracking menggunakan hidrogen.

Produk utama dari HVO dapat disebut sebagai green diesel atau D100. Produk HVO ini dapat langsung dipakai untuk mesin diesel konvensional tanpa memerlukan adaptasi mesin dan sistem bahan bakar.

Selain D100, produk ramah lingkungan lainnya yaitu Pertamax Green 95, salah satu bahan bakar kendaraan (BBK) yang dirancang dapat mendukung capaian target Net Zero Emission (NZE) 2060 nanti. Dalam Pertamax Green 95 terdapat kandungan bioetanol sebesar 5% yang berasal dari molase tebu sehingga BBK jenis ini merupakan salah satu implementasi bauran energi terbarukan.

Kandungan bioetanol sebesar 5% dengan kandungan RON 95 membuat akselerasi kendaraan lebih baik dalam mencapai kecepatan maksimal. Dengan emisi gas buang yang lebih rendah, diharapkan dapat menekan emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi yang menjadi sumber polusi di kota-kota besar.

BBK ini sudah dipasarkan oleh Subholding Pertamina Patra Niaga dengan respons publik yang cukup baik. Pertamina mencatat, tepat dua pekan sejak dipasarkan, rata-rata penyaluran produk ini diserap konsumen mencapai 300 liter perhari untuk satu SPBU. Penyaluran tertinggi harian Pertamax Green 95 mencapai sekitar 6.800-liter dari kumulatif 15 SPBU.

Pemanfaatan Panas Bumi dan Upaya Membangun Desa Energi

Modal lain yang dimiliki oleh Indonesia untuk memenuhi ketersediaan listrik adalah panas bumi yang memiliki potensi tertinggi dunia dan berada di peringkat kedua. Dengan potensi panas bumi melimpah, Indonesia diyakini akan menjadi pusat industri panas bumi berskala dunia di masa depan.

Kendati demikian, baru 7% potensi panas bumi yang dikembangkan. Pertamina memiliki peta jalan untuk mengembangkannya menjadi dua kali lipat dalam lima tahun ke depan melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Dalam peta jalan tersebut, PGE diproyeksikan memberikan kontribusi pengurangan emisi sebesar sembilan juta ton CO2 per tahun pada sepuluh tahun ke depan, dengan memaksimalkan potensi panas bumi.

Selain itu, Pertamina mendorong pelibatan pedesaan melalui program Desa Energi Berdikari melalui pemanfaatan energi surya, air, angin dan biogas sejak 2019 lalu. Pertamina mencatat, Desa Energi Berdikari efektif mengurangi emisi karbon hingga 565.978 ton setiap tahunnya.

Sejak 2019, tercatat sudah terbangun 210.950 wp energi Pembangkit Listrik Tenaga Surya, 605.000 m3/ tahun energi biogas dan gas metana, 8.000 watt energi microhydro, 6.500 liter energi biodiesel per tahun, serta 16.500 wp energi hibrida.

Kolaborasi Proyek Dekarbonisasi

Dalam mewujudkan transisi energi, Pertamina memang perlu menggaet berbagai pihak untuk menguatkan diversifikasi energi. Seperti yang dilakukan Pertamina dengan perusahaan energi asal USA, Chevron, yang saat ini terikat perjanjian Joint Study Agreement.

Dalam perjanjian itu, kedua perusahaan bersepakat untuk berkolaborasi menggarap proyek dekarbonisasi dengan mengembangkan Carbon Capture Storage atau Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/ CCUS) atau biasa diistilahkan penangkapan dan penyimpanan karbon.

Lebih jelasnya CCS merupakan teknologi inovatif yang dapat menangkap emisi karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, sehingga tidak terlepas ke atmosfer. Sedangkan dalam CCUS, karbon dapat digunakan kembali dalam proses industri dengan mengubahnya menjadi, misalnya plastik, beton, atau biofuel.

Berdasarkan roadmap International Energy Agency (IEA) untuk NZE tahun 2050 di sektor energi, teknologi CCUS akan berkontribusi lebih dari 10% dari kumulatif pengurangan emisi global pada tahun 2050. Khusus untuk Asia Tenggara, dibutuhkan CCS/CCUS sebesar 35 juta tCO2 pada tahun 2030 dan lebih dari 200 juta tCO2 pada tahun 2050.

Baik Pertamina maupun Chevron, saat ini tengah mengkaji kelayakan pembangunan dan implementasi CCS/ CCUS di Kalimantan Timur. Kedua perusahaan sepakat saling berbagi data dan potensi pengembangan CCS/ CCUS sebagai rujukan informasi yang terdiri info geologi, geofisika, peta-peta, model-model dan interpretasi, catatan-catatan, ringkasan dan informasi komersial.

Selain Chevron, Pertamina juga menggandeng mitra strategis lainnya yaitu ExxonMobil dalam menggarap proyek transformatif. Bersama ExxonMobil, Pertamina akan mengembangkan CCS di Laut Jawa tepatnya di Cekungan Asri dan Cekungan Sunda yang memiliki kapasitas 3 Giga Ton CO2 dengan nilai investasi lebih dari US$ 2 miliar atau sekitar Rp 31,4 triliun.

Ketahanan Energi

Isu perubahan iklim telah memaksa industri energi untuk mengurangi emisi karbon. Dengan berinvestasi pada energi bersih, Pertamina dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sambil memenuhi standar internasional terkait emisi gas rumah kaca.

Ke depan, apabila kita tidak lagi bergantung pada sumber daya fosil dan fokus pada sumber energi terbarukan, Pertamina dapat memberikan keamanan energi jangka panjang bagi Indonesia secara keseluruhan. Pertamina dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global yang semakin menuntut energi ramah lingkungan dengan mengadaptasi teknologi terbaru dan menjadi pemimpin dalam industri energi terbarukan

Mengadopsi energi bersih bukan hanya tentang tanggung jawab lingkungan, tetapi juga strategi bisnis jangka panjang yang berkelanjutan bagi Pertamina. Dengan fokus pada energi bersih, Pertamina dapat membangun ketahanan energi yang kuat dan mengambil peran utama dalam memandu Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan.

Selamat ulang tahun Pertamina. Selamat mengulang kejayaan di bidang energi. Terus melaju untuk Indonesia maju.(*)

Jimmy Wijaya
Jimmy Wijaya
Editor: Dini Pramita

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...