Tak mau kalah, Grab tahun ini akan menyusul Gojek dengan merambah pasar asuransi. President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, langkah itu merupakan bagian dari upaya Grab untuk menjadi everyday superapp

Ridzki menilai, asuransi menjadi salah satu layanan yang dibutuhkan. “Segera kami luncurkan untuk masyarakat Indonesia,” kata dia kepada Katadata.co.id di Jakarta, Selasa (10/12/2020) lalu.

(Baca: GrabFood dan Finansial Sumbang 50% Lebih Transaksi di Grab)

Seperti Gojek, asuransi itu nantinya akan terkait dengan beragam layanan di aplikasi Grab, baik GrabHealth, GrabBike, GrabCar dan lainnya. “Itu juga untuk layanan keseharian pengguna, karena kami ingin menghadirkan inovasi yang baru bagi mereka," ujarnya.

Ekspansi ke bisnis asuransi juga merupakan bagian dari strategi global Grab Financial Group. Yang mana, perusahaan bakal berfokus mengembangkan tiga layanan, termasuk asuransi. Selain itu, ada juga layanan pembayaran melalui GrabPay (OVO di Indonesia) dan kredit produktif bagi mitra.

Pada awal 2019, Grab menggandeng ZhongAn Technologies International Group Limited untuk membentuk joint venture berupa marketplace asuransi digital di Asia Tenggara. Dengan begitu, konsumen akan bisa membeli produk asuransi dari aplikasi Grab.

Sedangkan, asuransi kecelakaan kini telah tersedia untuk pengemudi dan pengguna GrabRide dan GrabCar. Di mana, perusahaan asuransi akan mengganti polis asuransi hingga Rp 130 juta untuk penumpang dan pengemudi GrabCar, hingga Rp 25 juta untuk pengemudi GrabBike, dan maksimal Rp 50 juta untuk penumpang GrabBike.

Cuan dari Jasa Keuangan

Kedua perusahaan pengembang aplikasi super kini memang bertarung pada lini keuangan. Head of Financial Services Grab Ankur Mehrotra menyebutkan, peluang pasar bisnis keuangan 20 kali lebih besar dibanding layanan berbagi tumpangan (ride-hailing). Sebab, ada sekitar 438 juta orang yang tidak memiliki rekening bank di wilayah cakupan Grab di Asia Tenggara.

(Baca: Saling Salip Gojek dan Grab Berebut Pasar Keuangan di Asia Tenggara)

Karena itu, menurut dia, peluang pasar bagi penyedia layanan keuangan di regional cukup besar.  Apalagi di Indonesia masih banyak penduduk yang belum memperoleh akses ke perbankan ataupun layanan finansial lainnya (Lihat Databoks di bawah).

Tercatat, hingga saat ini Grab telah memiliki lebih dari 168 juta pengunduh aplikasinya di Asia Tenggara. Perusahaan telah memiliki lebih dari 9 juta mitra pengemudi dan merchant di wilayah yang sama. Khusus di Indonesia, Grab memiliki sekitar 5 juta mitra.

Begitu juga Gojek optimistis telah berada di jalur yang tepat untuk mendapat profit dengan diversifikasi usaha yang dilakukan saat ini, termasuk dalam menyediakan jasa keuangan. Hal itu dinyatakan oleh Chief Executive Officer GoPay (CEO) GoPay Aldi Haryopratomo pada DealStreetAsia, Sabtu (18/1).

Khusus di bidang asuransi, keyakinan Gojek didukung oleh hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang diterbitkan pada 2017. Di antaranya, Indeks Inklusi Keuangan Indonesia pada sektor asuransi hanya sebesar 12,1%.

(Baca: Babak Baru Pertarungan Gojek dan Grab di Tiga Layanan)

Artinya, hampir 90% masyarakat Indonesia belum terjangkau oleh produk asuransi. Padahal, proteksi terhadap suatu potensi kerugian perlu ditanamkan untuk melindungi masyarakat dari risiko terhadap dirinya, harta benda maupun kegiatan usaha.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement