Semakin banyak startup dan perusahaan digital yang menyasar produk dan layanan syariah. Tak hanya menjajakan  barang halal di lapak e-commerce, perusahaan digital juga menyediakan aneka layanan hingga produk investasi untuk kaum muslim. Hal ini sejalan dengan besarnya potensi pasar syariah di Indonesia.

Berniat mengajak ibunya ke Tanah Suci tahun depan, Ahmad Hanif (32 tahun) mulai mencari paket umrah secara online. Bekerja di sebuah bank pelat merah, ia mengaku kerepotan jika harus mendatangi satu per satu biro perjalanan umroh hanya untuk membandingkan harga dan paket yang ditawarkan.

Salah satu laman yang ia kunjungi adalah Tokopedia Salam. Ia cukup tertarik karena selain harga paket yang cukup kompetitif, ada banyak penawaran lain terkait pencariannya. Dari mulai perlengkapan ihram, souvenir, hingga berbagai tips umroh untuk pemula. “Ibaratnya one stop shopping, semua yang diperlukan untuk umrah ada di sana,” katanya di Jakarta, Rabu (6/11) di Jakarta.  

Tokopedia Salam adalah fitur khusus untuk masyarakat muslim yang dirilis Tokopedia pada Senin (4/11) lalu. Fitur ini menyediakan beragam produk makanan dan minuman halal, busana muslim, hingga paket perjalanan umrah. Tak hanya belanja, investasi syariah hingga donasi dan zakat pun bisa dilakukan di kanal ini. 

Total, ada 21 juta produk barang dan jasa yang dikurasi khusus untuk membidik konsumen muslim di Tokopedia Salam. Peluncuran kanal ini didasari riset internal yang menyebut, ada lebih dari 80% pengguna Tokopedia yang membeli  makanan berlabel halal di platform-nya. Selain itu, lebih dari 85% pengguna juga berbelanja fesyen muslim.

Indonesia memang negara muslim terbesar dunia. Berdasarkan data Globalreligiusfuture, penduduk Indonesia yang beragama Islam pada 2010 mencapai 209,12 juta jiwa atau sekitar 87% dari total populasi, berikut grafiknya:

“Melihat adanya kebutuhan tersebut, Tokopedia Salam diluncurkan sebagai inisiatif Tokopedia untuk memudahkan masyarakat memenuhi beragam kebutuhan dengan berbagai produk dan layanan yang baik dan tersedia secara lebih lengkap, mudah dan amanah,” kata Head of Tokopedia Salam, Garri Juanda.

Untuk menyediakan layanan ini, Tokopedia bekerja sama dengan sekitar 700 mitra penjual. Di antara brand makanan, minuman, fesyen dan kecantikan yang tersedia adalah, Wardah, Ria Miranda, Zoya, SAYEE, dan lainnya.

Selain itu, Tokopedia bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan seperti NU Care-LAZISNU, Rumah Yatim, Dompet Dhuafa, Baznas, dan mitra lainnya untuk penyaluran zakat dan donasi.

Tak hanya itu, Tokopedia Salam menyediakan berbagai metode pembayaran seperti BRI Syariah, Bank Muamalat dan Mandiri Syariah. Tersedia pula layanan investasi seperti Tokopedia Emas dan Tokopedia Reksa Dana Syariah.

“Kami berharap keberadaan Tokopedia Salam membantu siapa pun dari seluruh aspek dan kalangan masyarakat menemukan berbagai pilihan yang baik sekaligus mendukung pemerataan ekonomi syariah di Indonesia secara digital,” kata Garri.

(Baca: Gandeng Tokopedia, BRI Jual 200 Produk Halal Lewat Halal Mall)

E-commerce dan Fintech Merambah Pasar Syariah

Selain Tokopedia, perusahaan e-commerce Shopee juga telah meluncurkan ‘Shopee Barokah’. Namun, Shopee Barokah masih sebatas menyediakan barang halal di kanalnya. Kanal ini lebih mirip beberapa marketplace yang khusus menjual pakaian muslim seperti Hijup dan Hijabenka.

Shopee memang baru berencana meluncurkan produk investasi seperti emas dan reksa dana di platformnya. “Itu pasti akan dilakukan, jadi hanya soal waktu,” kata Daniel Minardi, Head of Brands Management Shopee Indonesia beberapa waktu lalu.

Sedangkan perusahaan financial technology (fintech) yang mencoba untuk merambah pasar syariah di antaranya adalah LinkAja. Perusahaan ini sudah mendapat sertifikasi penyesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional  Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).

(Baca: LinkAja Target 1 Juta Pengguna Pakai LinkAja Syariah Tahun Depan)

Selain itu, sejumlah fintech syariah juga bermunculan antara lain Ammana, Alami Sharia, Investree Syariah, Dana Syariah, Danakoo Syariah, dan Qazwa.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin optimistis ekonomi digital akan mendongkrak pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia. Saat ini, kontribusi keuangan syariah pada total industri keuangan baru mencapai 8,69%. 

Menurut Ma'ruf, sebuah hasil penelitian memproyeksi aset keuangan syariah secara global bakal mencapai US$ 3,9 triliun pada 2023.  "Ekonomi digital akan membuka peluang untuk mendongkrak  pangsa pasar (keuangan syariah) di Indonesia," ujar Ma'ruf di Jakarta, Senin (16/9) lalu. 

Ia menyebut, Indonesia saat ini memiliki fintech syariah paling banyak di seluruh dunia yang mencapai 31 perusahaan.  Disusul Amerika Serikat (AS) sebanyak 12 fintech syariah dan Uni Emirat Arab (UEA) sebanyak 11 fintech syariah.  

(Baca: Strategi Ma’ruf Amin Dongkrak Keuangan Syariah di Era Digital)

Bagaimanapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau masyarakat agar hanya berurusan dengan fintech yang terdaftar. Saat ini, ada 127 fintech terdaftar di OJK, termasuk beberapa yang menawarkan produk keuangan syariah. Daftar fintech tersebut dapat diakses pada tautan ini.

Fintech yang terdaftar di OJK terikat oleh beberapa aturan main. Misalnya, bunga atau bagi hasil tidak boleh melebihi 0,8% per hari dan penagihan tidak boleh lewat 90 hari. Dengan demikian, bunga yang harus dibayarkan tidak akan melebihi nilai pinjaman pokok.

"Kalau masih ditagih, lapor ke OJK. Kami batalkan tanda daftarnya," kata Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hendrikus Passagi, 2 September 2019.

Reporter: Cindy Mutia Annur

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami