Dia malah menyambut positif masuknya Wuling di pasar mobil kelas MPV  terutama Low MPV alias mobil keluarga berharga murah, bersaing dengan Toyota Avanza. Dia pun memastikan Toyota tak akan beradu harga dengan mobil Tiongkok. Perusahaannya akan tetap mengandalkan pelayanan dan tak berhenti memperkenalkan varian produk baru

Menurut Mukiat, pabrikan mobil asal Negeri Panda yang baru masuk ke Indonesia harus bisa mengambil kepercayaan konsumen. Apalagi melawan pabrikan Jepang seperti Toyota yang sudah ada sejak 58 tahun lalu di Tanah Air. "Konsistensi dalam membangun brand sangat diperlukan," katanya.

Wuling dan DFSK Baru Masuk Pasar pada 2017

Data Gaikindo mencatat Wuling baru melakukan penjualan produknya pada Juli 2017 dan mereka langsung bisa mengambil hati konsumen Indonesia. Hanya dalam enam bulan, Wuling berhasil menjual 5.050 unit mobilnya dan meraup pangsa 0,5 persen pasar mobil nasional 2017.

Saat itu, Wuling sudah berada di urutan 11 teratas penjualan mobil di Indonesia. Wuling berhasil menyalip penjualan mobil Korea Selatan, Hyundai dan mobil India, TATA. Bahkan mobil-mobil Eropa dan Amerika yang sudah lebih dulu ada.

(Baca: Wuling Berhasil Mencuri Perhatian Pasar Otomotif Domestik)

Setahun kemudian, penjualan wuling kembali melesat. Tahun lalu, Wuling berhasil menjual 17 ribu unit. Dengan hanya mengandalkan dua produk Confero dan Cortez, Wuling bisa meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 1,5 persen.

Kesuksesan penjualan tahun lalu membawa Wuling masuk ke urutan 9 penjualan mobil terbanyak pada 2018. Penjualan Wuling tahun lalu juga telah mengungguli produsen mobil jepang seperti Nisan, Datsun, dan Mazda.

Berselang dua bulan dari Wuling, DFSK melalui PT Sokonindo Automobile memulai penjualannya pada September 2017. Dalam empat bulan sejak pertama kali menjejakkan kakinya di pasar mobil Indonesia, DFSK hanya terjual 159 unit. Saat itu Sokon hanya menjual kendaraan niaga yang diberi nama Super Cab. Dengan hanya menjual mobil pick up, DFSK masih berada di urutan 24 dalam penjualan mobil nasional 2017.

Penjualan DFSK memang tidak secepat Wuling. Setelah memulai dengan kendaraan niaga, DFSK mulai meluncurkan kendaraan penumpang jenis SUV pada April 2018. Dengan produk baru ini, penjualan DFSK naik dari 159 pada 2017 menjadi 1.222 pada tahun lalu. Posisi DFSK dalam pasar mobil Indonesia naik ke urutan 18 dengan pangsa pasar 0,1 persen. DFSK berhasil menyalip penjualan TATA. 

Setelah sukses memulai debut di kelas MPV dengan Confero dan Cortez, Wuling pada tahun ini mencoba peruntungan masuk kelas SUV dengan membawa Almaz. Sedangkan DFSK masih fokus membangun nama dengan memasukkan Glory 560 pada yang masih di kelas SUV.

Keseriusan Wuling dan DFSK di Indonesia

Sebelum Wuling dan DFSK, mobil Tiongkok Geely dan Chery sudah lebih dulu masuk ke pasar otomotif nasional. Namun, mereka gagal karena masih setengah hati berjualan di Indonesia. Sementara Wuling dan DFSK cukup serius dengan membangun pabrik di Tanah Air. Wuling menyiapkan investasi hingga US$ 700 juta dan DFSK lebih dari US$ 150 juta.

Dengan modal investasi yang besar ini Wuling bisa menjual produknya dengan harga lebih murah. Brand Manager SAIC General Motors Wuling (SGMW) Motor Indonesia Dian Asmahani sempat mengatakan investasinya tak hanya membangun fasilitas pabrik berkapasitas 120 ribu unit per tahun. Kompleks pabrik Wuling di kawasan Deltamas, Cikarang, Jawa Barat, juga digunakan untuk memproduksi suku cadang kendaraan.

(Baca juga: Ekspansi di Indonesia, Wuling Dikabarkan Tambah Investasi Rp 9 Triliun)

Dalam memacu penjualan, Wuling dan DFSK agresif memperbanyak dealer. Hingga akhir tahun ini Wuling menargetkan punya 120 dealer di seluruh Indonesia dan DFSK 90 dealer. Memang masih jauh dibandingkan Toyota yang memiliki 340 dealer tahun lalu. Namun, target dealer Wuling dan DFSK bisa bersaing dengan Mitsubishi yang sudah punya 130-an dealer dan Honda 200 dealer.

Di negara asalnya, Wuling merupakan anak usaha dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tiongkok, Shanghai Automotive Industry Corporation (SAIC), yang bekerja sama dengan pabrikan Amerika Serikat, General Motor. SAIC merupakan produsen mobil terbesar Tiongkok yang juga memiliki pabrik di Inggris dan Indonesia dengan total kapasitas produksi 5,62 juta unit per tahun.

Sementara prinsipal DFSK, yakni Dongfeng Motor Corporation merupakan produsen otomotif terbesar ketiga di Tiongkok, setelah SAIC dan Grup BAIC. Dongfeng Motor Corp sudah bekerja sama dengan banyak merek, termasuk Kia, Honda, Peugeot-Citroen, Renault, Volvo, Nissan, dan merek Taiwan, Yulon.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement