Di Provinsi Jawa Barat, sebagian daerah pertaniannya mengalami gagal panen akibat kekeringan. Sejak awal kemarau April lalu, hingga kini total lahan puso di Jawa Barat mencapai 6.449 hektare. Adapun yang mengalami kerusakan ringan 11.425 hektare, rusak sedang 4.852 hektare, dan rusak berat 3.254 hektare. "Jadi total lahan yang terdampak kekeringan, termasuk yang puso mencapai 25.862 hektare," ujarnya Kepala Dinas Pertanian Jabar Hendi Jatnika.

Meski begitu, target produksi padi Jawa Barat tahun ini masih bisa dibilang aman, karena total lahan puso hanya 2% dari total luas lahan siap panen yang mencapai 240.000 hektare lebih. Mulai September hingga awal Oktober masih ada petani yang berhasil memanen hasil sawahnya.

Menurut Gatot,  faktor utama penyebab kekeringan adalah berkurangnya curah hujan. Berdasarkan data BMKG, ada penurunan curah hujan yang signifikan pada Juni-agustus 2018 dibandingkan tahun lalu yang lebih fluktuatif. Penurunan terbesar pada bulan Agustus 2018 sebesar 32.21 milimeter (mm) per hari sedangkan pada Agustus 2017 sebesar 138.47 mm per hari.

Pemerintah juga telah mengantisipasi dampak kekeringan dan puso ini, karena kemarau adalah fenomena iklim yang berulang tiap tahunnya. Gatot yakin potensi lahan yang terkena kekeringan seluas 135.226 hektare masih bisa berkurang, selama di sekitar lokasi masih memiliki sedikit air. Berbagai upaya dilakukan menghadapi kekeringan dan menghindari penurunan hasil produksi petani, dengan menjaga kecukupan ketersediaan air.

(Baca: Menjaga Ketahanan Pangan di Tahun Politik)

Untuk jangka pendek Kementan membuat sumur pantek dan pompanisasi air sungai di wilayah potensial. Selain itu, penyediaan benih unggul tahan kekeringan, pengaturan pola tanam, minimalisir risiko kekeringan, penyediaan asuransi usaha tani dan menggenjot pertanaman di lahan rawa, lebak dan pasang surut.

Kemudian program perbaikan irigasi, bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), pembangunan embung, pengembangan tata air mikro di lahan rawa dan pasang-surut, dan bantuan benih tahan kekeringan. Puluhan infrastruktur besar berupa bendungan juga tengah dibangun di berbagai daerah.

Kekeringan
Kekeringan (ANTARA FOTO/Seno)

Menteri Pertanian Amran Sulaiman sudah memerintahkan seluruh jajarannya harus turun tangan meyakinkan petani. "Kami wajib membantu petani mencari sumber air, mempertahankan pertanaman, dan bisa tetap panen,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Andri Boga. Kementerian Pertanian telah menurunkan tim khusus ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.

Asumsi bencana kekeringan yang panjang tahun ini tidak terlalu mengganggu hasil pertanian menjadi salah satu keyakinan produksi pangan bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi memastikan pemerintah pusat tidak akan mengimpor bahan pangan. “Pemerintah tidak akan impor bahan pangan,” ujar Agung di sela acara panen raya jagung di Desa Kakatpenjalin, Kecamatan Ngimbang, Lamongan, seperti dikutip kompas.com, Kamis (11/10).

Untuk wilayah Lamongan produksi hasil pertaniannya mengalami peningkatan di tengah kemarau tahun ini. Produksi padi Lamongan tahun lalu sebesar 1,87 juta ton gabah kering giling (GKG), jagung sebesar 571 ribu ton, dan kedelai mencapai 22 ribu ton. Sementara sampai dengan Oktober ini, produksi padinya sudah mencapai 950 ribu ton, jagung 454 ribu ton dan kedelai sebesar 18 ribu ton. 

(Baca : Menko Darmin Paparkan Kronologi Heboh Impor Beras Bulog vs Mendag)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement