Tidak hanya membangun kilang baru, Pertamina tengah menggarap proyek peningkatan kapasitas kilang atau Refining Development Masterplan Program (RDMP) di Cilacap, Dumai, Plaju, Balongan. dan Balikpapan. Revitalisasi Kilang Cilacap dikerjakan oleh Saudi Aramco, sedangkan Kilang Balikpapan oleh perusahaan Jepang, JX Nippon Oil & Energi Corporation. "Sudah dibagi-bagi, Saudi Aramco juga menangani Kilang Tuban," kata sumber tersebut.

Vice President of International Operations Saudi Aramco Said Al-Hadrami mengakui, pihaknya telah mendapat tawaran dari Pertamina untuk membangun Kilang Tuban pada 2012 silam. Belakangan, rencana itu kandas karena pemerintah tidak bisa menyanggupi permintaan Saudi untuk memberikan insentif pembebasan lahan kilang tersebut.

Pada November 2015, menurut Hadrami, Saudi Aramco juga kembali mendapat tawaran dari pemerintah untuk membangun Kilang Tuban. “Kami dipanggil lagi dan punya interest yang sama,” katanya, saat menghadiri acara penandatanganan kontrak pembangunan Kilang Cilacap, Senin (23/5).

Namun, dia dapat memahami keputusan Pertamina saat ini yang lebih memilih Rosneft untuk menggarap Kilang Tuban. “Kami hargai, mungkin mereka (Rosneft) punya bisnis yang lebih baik,” ujarnya.

Padahal, lanjut  Hadrami, Saudi Aramco juga berpengalaman di bidang petrokimia dan siap jika diminta mengintgerasikannya dengan kilang minyak di Tuban. “Kami siap, (tapi)  kalau Pertamina punya (investor) yang lebih capable, kami tidak akan intervensi proses tersebut.”

Sudirman Said

Menteri ESDM Sudirman Said enggan berkomentar mengenai persoalan tersebut. Saat menghadiri acara penandatanganan kontrak pembangunan Kilang Cilacap, dia tidak mau merespons pertanyaan perihal Kilang Tuban. Penjelasan mengenai terpilihnya Rosneft tersebut justru datang dari manajemen Pertamina dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Rini mengatakan, Rosneft mampu memberikan komitmen pembangunan Kilang Tuban, bahkan berambisi menjadikan Tuban sebagai kota penghubung perdagangan minyak. Selain itu, Rusia memiliki potensi minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi sehingga berpotensi mengamankan kebutuhan pasokan minyak di Indonesia.

(Baca: Investor Dijanjikan Untung Besar dari Kilang Tuban)

Dalam kesempatan yang sama, Dwi Soetjipto menyatakan, pemilihan Rosneft sebagai mitra membangun Kilang Tuban bukan berdasarkan satu aspek penilaian. Poin lainnya adalah perusahaan asal Rusia itu mampu memasok minyak untuk kebutuhan pengamanan energi di Indonesia.

 “Kalau Rusia bukan hanya satu aspek. Kami menjajaki share produksi minyak mentah di sana,” katanya. Selain soal pasokan, Pertamina membutuhkan investor yang mampu mengintegrasikan kilang minyak dengan industri hilirnya, seperti petrokimia.

Sebelumnya, Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan Kilang Tuban akan terintegrasi dengan petrokimia karena lokasinya berdekatan dengan kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Kilang ini telah diakuisisi Pertamina tahun lalu. Pengntegrasian industri ini akan membuat tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR) menjadi lebih baik sehingga lebih menguntungkan investor. “Yang jelas, kalau kilang minyak saja, IRR (Internal Rate of Return atau tingkat pengembalian investasi) kurang begitu bagus," katanya.

Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia, Safrezi Fitra
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement