Namun, jika tujuan investasi untuk jangka panjang, Ryan menyarankan kalangan muda tidak menjadi trader. Di saat awal, mereka cukup berinvestasi di saham-saham yang tak terlibat masalah dan sudah ada 10-15 tahun terakhir di Bursa Efek Indonesia.

Karena itu, investor muda didorong untuk membekali diri dengan ilmu yang cukup. Pasalnya, investasi di pasar modal tak bisa dilakukan dengan pemahaman ala kadarnya. Ada yang harus dipelajari mengenai dinamika pasar modal, seluk beluk perusahaan, laporan keuangan, dan sejumlah fundamental penting lainnya, juga analisa teknikal hingga metode valuasi.

Menurut Ryan, anak muda masa kini kerap tak mempelajari ilmu yang cukup sebelum terjun ke pasar modal. Mereka cenderung ingin mempelajari segala sesuatu secara instan, terutama dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Hal itu membuat generasi ini sering keliru ketika berinvestasi di bursa saham. “Kerap terjebak dengan saham-saham gorengan atau saham-saham yang cepat mendapatkan popularitas,” ujar Ryan.

Gejolak bursa saham terimbas corona
Gejolak bursa saham terimbas corona (Katadata)

Tips selanjutnya, kata Ryan, yaitu tidak menyerah ketika merugi. Kerugian di awal investasi merupakan hal wajar. Justru kesalahan di awal investasi bisa dijadikan pelajaran untuk menentukan portofolio yang tepat sehingga bisa meraih untung.

Para investor pemula ini juga perlu mengincar keuntungan yang stabil. Sebab, tak jarang yang terjebak dengan pemikiran untung yang fantastis. Padahal, untung yang stabil lebih baik dibandingkan mendapat cuan besar tapi hanya satu kali.

“Untung besar itu susah, untung besar dua kali lebih susah lagi, apalagi untung besar tiga kali,” ujarnya. “Yang bagus itu kalau hari ini untung, besok untung, lusa rugi, besoknya untung lagi. Stable return itu lebih penting buat saya dibandingkan profit besar.”

Jika ada kalangan muda yang menggunakan jasa perencaan keuangan, Ryan meminta mereka lebih kritis dalam melihat portofolio yang ditawarkan. Dengan begitu bisa terlepas dari penipuan dan kerugian yang besar.

Analisis Saham Hans Kwee juga mengingatkan agar investor  memastikan terlebih dahulu legalitas perusahaan sekuritas atau perusahaan perencana keuangan yang akan digunakan. Mesti dipastikan perusahaan-perusahaan itu memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan. “Aspek legalitas itu paling penting,” ujar Hans ke Katadata.co.id pada Rabu (23/9).

Tip selanjutnya dari Hans yaitu mempelajari protofolio yang ditawarkan, mulai dari perusahaan yang akan diinvestasikan hingga tawaran imbal hasil dari investasi tersebut. Dengan cara tersebut, investor bisa memahami dana yang dia tanam di perusahaan jasa keuangan atau melalui broker menghasilkan keuntungan.

Iming-iming keuntungan yang begitu besar juga harus dihindari. Menurut dia, jika ada perencana keuangan yang menawarkan keuntungan 10 % per bulan itu tak masuk akal. “Return harus masuk akal dan bisa dicapai,” kata dia.

Selanjutnya, Hans mendorong anak muda untuk memiliki pemahaman yang betul saat masuk pasar modal seiring banyaknya kasus penipuan yang menimpa kelompok ini. Untuk menghidari hal tersebut, investor muda harus memiliki pemahaman dan analisis yang baik.

Aksi spekulasi pun mesti dijauhi, lantaran sudah banyak yang salah memilih. Misalnya, ketika temannya mendapat untung dari saham A, lalu dia ikut membeli saham A tanpa tahu pergerakan pasar, fundamental sahamnya, dan kinerja emiten yang dipilih.

Padahal, kata Hans, pergerakan indek harga saham gabungan atau IHSG dan aspek fundamental ikut mempengaruhi harga saham. “Sehingga belilah saham dengan bijak,” ujarnya. Dengan memahami bisnis emiten yang dipilih, investor muda bisa tahu valuasi sebuah saham untuk mendapat keuntungan.

Salah satu caranya yaitu dengan membandingkan harga saham dengan valuasi perusahaannya. Misalnya, saham A dijual seharga Rp 100 per lembar, sedangkan valuasi perusahaannya hanya Rp 20 per lembar. Dengan demikian, saham A merupakan saham dengan harga mahal.

Sebaliknya, jika saham B nilainya Rp 50.000 per lembar, namun valuasi perusahaannya bisa setara Rp 100.000 per lembar, berarti saham B merupakan saham yang murah. “Pahami bisnis perusahaannya apa, kemudian prospek ke depannya seperti apa,” ujar Hans.

Tips lainnya diutarakan analis Universal Broker Indonesia Satrio Utamo. Dia menyebut anak muda harus memahami benar pergerakan pasar sehingga bisa menentukan sendiri portofolionya. Pakar saham atau kelas-kelas pasar modal tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan portofolio yang menguntungkan.

“Nilailah pasar modal beradasarkan apa yang Anda hadapi. Ketika pelatihan itu tidak bisa membuat anda cuan, itu ada yang keliru. Yang tidak pernah keliru itu market, lihatnya ke situ,” ujar Satrio.

Halaman:
Reporter: Febrina Ratna Iskana, Happy Fajrian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement