Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) dari tahun ke tahun terus meningkat, seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini. 

Tak hanya itu, UMKM berkontribusi dalam menyerap 119,6 juta atau 96,92% dari total tenaga kerja di unit usaha Indonesia pada 2019. Penyerapan tenaga kerja ini meningkat 2,21% dari 2018.

Dengan tiga sinergi perusahaan pelat merah, Erick menyebut, UMKM akan mendapat tiga hal. Pertama, akses dana murah karena jaringannya menjadi lebih besar. Kedua, pendampingan perbankan yang lebih luas. Terakhir, akses para UMKM untuk naik kelas menjadi korporasi.

Kehadiran holding dapat memperkuat model bisnis masing-masing perusahaan, baik BRI, Pegadaian, maupun PNM. Layanan keuangannya menjadi terintegrasi.

Erick pada Selasa lalu mencontohkan, nasabah Pegadaian yang biasanya transaksi tunai, sekarang bisa melakukannya non-tunai. Lalu, account officer (AO) PNM dapat menyetorkan uang di kantor bersama tiga BUMN tersebut. 

Melalui co-location, jejaring layanan BRI ke depan akan dilengkapi pula loket Pegadaian dan pos para AO dari PNM. Cara ini dapat menekan biaya operasional.

Holding utra mikro akan memberi berbagai kemudahan dan biaya pinjaman dana yang lebih murah untuk masyarakat. Jangkauannya akan lebih luas pula. Hal ini sejalan pula dengan visi pemerintah untuk membangun ekonomi kerakyatan.

Logo dan Gedung Bank BRI
Logo dan Gedung Bank BRI (Arief Kamaludin|KATADATA)

Prospek Saham BRI

Investor kini menunggu kiprah BRI selanjutnya. “Holding ultra mikro dapat berpengaruh kepada perkembangan pasar modal, khususnya dunia keuangan perbankan,” kata pengamat pasar modal Reza Priyambada, dikutip dari Antara

Penggabungan tiga BUMN tersebut dapat menciptakan ekosistem pembiayaan besar dan pengembangan UMKM. Momentum ini menjadi peluang besar bagi bank berkode efek BBRI itu untuk melakukan diversifikasi bisnis dan berekspansi. 

Apalagi, perusahaan memiliki modal kuat. Saham BBRI akan terakselerasi dengan cepat, bahkan mungkin mencetak rekor di atas Rp 6 ribu per lembarnya. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mangatakan, pasar pembiayaan segmen mikro masih terbuka lebar. Sebanyak 91,3 juta orang Indonesia adalah pengusaha mikro masih unbankable atau tidak mendapat layanan lembaga keuangan formal.

Apabila seluruh hasil rights issue untuk memberdayakan usaha ultra mikro, rasio wirausaha akan meningkat. “Serapan tenaga kerja juga naik,” ujar Bhima. 

Pendapat serupa juga anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina sampaikan. Holding ultra mikro memberi harapan sekaligus peluang kepada UMKM untuk berkembang. “Selain memudahkan akses permodalan, juga fasilitas pinjaman dengan suku bunga rendah," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Harapannya, dalam dua hingga tiga tahun ke depan sudah muncul hasil pembentukan holding UMi. Lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja pun tercipta hingga ke pelosok daerah.

Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto sebelumnya mengatakan holding ultra mikro akan memperkuat jejaring ekonomi digital. “Terlebih BRI cukup kuat dengan banyak cabang,” katanya.

Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo menyebut transformasi digital menjadi salah satu fokus perusahaan. BRI ingin menghasilkan produk yang berpusat dan didorong oleh konsumen. 

Fokus produk digital itu adalah fungsi dan manfaat. “Jadi, kami jangan sibuk membuat, tapi sibuk bagaimana nanti dia dipakainya,” ujar Indra. 

Digitalisasi terbukti mengoptimalkan layanan perusahaan ke masyarakat. Sebagai contoh, kinerja BRILink saat ini berjumlah lebih 447 ribu agen. 

Pada 2015, jumlah agennya hanya 50 ribu dengan volume transaksi Rp 35 triliun. Nominal transaksi itu terus meninggkat. Pada 2019 mencapai Rp 673 triliun dan di tahun berikutnya Rp 800 triliun. 

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement