Advokasi Pemuda Y20 Terhadap Keanekaragaman Hayati Perlu Dilindungi

Intan Nirmala Sari
31 Juli 2022, 16:54
Delegasi Y20 Nashin Mahtani
Katadata

Kedua, adalah pentingnya memprioritaskan orang dan area yang paling terkena dampak. Kami ingin memastikan bahwa dalam semua inisiatif dan kegiatan, orang yang paling terkena dampak bukan hanya penerima manfaat. Tapi terlibat dari awal hingga sebagai co-desainer, sebagai pelaksana, dan sebagai mereka yang memantau. Sekaligus memperhatikan kemajuan hasil konservasi, atau evaluasi ekonomi ekstraktif, dan hal-hal seperti itu.

Poin sentral ketiga, untuk memastikan semua sumber daya dapat beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim, dan tetap open source. Kita perlu memastikan bahwa kita tidak mengulangi kegagalan yang kita lihat di masa pandemi, misalnya paten vaksin. Dengan itu, kami melihat bahwa pandemi tidak ditangani dengan cara yang sama di semua negara.

Terkait tema G20 tahun ini, recover together, recover stronger, kami sebagai pemuda G20 ingin membawa pelajaran dari pandemi, dan memastikan bahwa kami tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jadi kita tidak bisa mengulangi kegagalan paten vaksin dengan menutup pengetahuan, yang diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Kita harus memastikan bahwa pengetahuan dibagikan dengan cara yang sama, melalui alat open source, melalui teknologi, melalui data, untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama dan dapat berpartisipasi dalam upaya bersama untuk adaptasi iklim ini.

Bagaimana merealisasikan usulan tersebut?

Presiden Jokowi menginginkan hal-hal yang dapat ditindaklanjuti. Dalam usulan kami, sudah dicanangkan rekomendasi waktu. Misalnya, kapan subsidi bahan bakar fosil tertentu perlu dihapus, atau waktu di mana polusi plastik harus sepenuhnya ditangani, dan penghentian produksi bahan plastik.

Tapi tentu saja, banyak dari usulan ini berada di level kebijakan, di mana kami sangat mengharapkan bisa benar-benar direalisasikan setelah penyebaran komunike. Di mana kami dapat bekerja dengan pemuda di seluruh dunia, pemuda di seluruh Indonesia, untuk mengambil mengeksekusi kebijakan tersebut dan menggerakkan tindakan lebih lanjut.

Tindakan yang akan diambil orang akan spesifik untuk setiap daerah, tidak hanya untuk setiap negara, tetapi untuk setiap provinsi, dan untuk setiap komunitas. Namun usulan kebijakan dapat memberikan kerangka kerja. Dengan begitu, kami dapat melobi dan mengadvokasi pemerintah untuk menyediakan dukungan dan alat yang kami butuhkan.

Misalnya, dukungan terhadap jenis pendidikan tertentu untuk menuju ekonomi yang kurang ekstraktif. Dukungan kebijakan untuk memindahkan subsidi ke sumber terbarukan, atau ke arah ekonomi yang lebih produktif dan kurang ekstraktif. 

Bagaimana pendapat negara lain dengan proposal Delegasi Y20 Indonesia?

Dalam banyak hal, keprihatinan kita dengan negara lain serupa, karena pada akhirnya tujuan yang semua inginkan adalah planet yang bisa dihuni semua. Tentu saja setiap negara memiliki kekhawatiran yang berbeda, karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda. Mereka masing-masing menghadapi tantangan sendiri, namun dari sana kita bisa belajar beragam masalah berbeda, kemudian berpikir bersama-sama dan belajar bagaimana bisa menggabungkan semua pengetahuan yang dimiliki dari negara lain.

Dengan berbagai keprihatinan dan mensintesisnya secara ringkas, maka (masalah) dapat ditindaklanjuti. Sehingga, kita dapat menggunakan itu sebagai alat bahwa pemuda G20 telah menyepakati, dan para pemimpin bisa mengikuti kita, sekaligus menyepakati komitmen-komitmen tersebut.

Apakah ada misi khusus di Y20 tahun ini?

Salah satu prioritas utama adalah membuat para pemimpin berkomitmen lebih cepat dan menerapkan tindakan konkrit. Berkaca dari kondisi bencana secara umum, tidak semua negara menghadapi hal yang sama dan secara merata. Namun Indonesia adalah salah satu yang paling rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim.

Pengalaman saya di Yayasan Peta Bencana dan melihat dampaknya terhadap penduduk di seluruh Indonesia, saya berharap kebijakan yang kami rekomendasikan akan memastikan, bahwa kami memberikan akses terhadap data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat, untuk merespons bencana secara tepat, dengan cara yang sama. Setiap orang juga perlu memiliki akses sama terhadap pendidikan, dan kesadaran tentang perubahan iklim, serta memiliki kesempatan sama untuk berpartisipasi dalam adaptasi iklim dan pengurangan risiko bencana.

Seberapa besar peran teknologi dalam mewujudkan Sustainable and Liveable Planet?

Saya pikir teknologi memiliki peran yang sangat besar untuk dimainkan, bukan berarti kita tidak dapat mengatakan bahwa teknologi adalah solusi tersendiri, tetapi jika digabungkan dengan hal-hal lain, teknologi memungkinkan kita untuk mencapai hasil yang lebih besar. Misalnya, kawasan ASEAN memiliki 100 juta lebih banyak smartphones, penetrasi itu mewakili infrastruktur yang dapat kita manfaatkan. Itu karena, kita dapat memanfaatkan kecerdasan kolektif pada skala yang belum pernah dimanfaatkan sebelumnya.

Teknologi dapat dimanfaatkan, jika dirancang dengan benar dan dapat mencakup kecerdasan kolektif. Dengan begitu, bisa menyelesaikan masalah bersama. Bahkan, Pari Agreement mengakui peran teknologi untuk mitigasi dan adaptasi. Teknologi memiliki peran penting untuk dimainkan, tetapi harus dipastikan  bahwa itu dirancang agar inklusif dan dapat diakses oleh mayoritas.

Skor 1-10, seberapa peduli orang Indonesia terhadap lingkungannya dan bencana?

Untuk lingkungan, mungkin sekitar tujuh atau delapan. Mengapa relatif tinggi? karena saya pikir pengetahuan itu ada di budaya lokal kita. Jika kita melihat cara hidup tradisional, sangat selaras dengan lingkungan. Lalu apa yang perlu kita lakukan sekarang? yakni membawa itu sebagai hal utama. Kita sangat pandai meningkatkan kesadaran, menggunakan media sosial untuk menyampaikan keprihatinan, dan benar-benar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal untuk meningkatkan kesadaran tentang hidup dengan lingkungan secara berkelanjutan itu. Itu sudah dibangun dari pengetahuan dan tradisi dari nenek moyang kita.

Untuk bencana, bervariasi, tergantung di mana orang tinggal. Tapi saya pikir (skornya) mungkin lebih dari lima. Itu karena, tidak semua orang mengalami bencana dengan tingkat yang sama, tetapi mereka yang (terbiasa) mengalami (bencana) tentu memiliki kesadaran 10-11, sedangkan yang jarang mengalaminya mungkin memiliki tingkat kesadaran kurang. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...