Tiga Dekade Indo Tambangraya di Indonesia, Bisnis Makin Menggurita
Sepanjang 34 tahun menambang emas hitam di Indonesia, kinerja perusahaan batu bara Indo Tambangraya Megah terbilang baik. Bahkan di tahun ini, laba emiten pertambangan tersebut naik lebih dari enam kali per September 2021 dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangannya, perusahaan batu bara berkode saham ITMG itu membukukan laba periode berjalan meningkat 602,7 % menjadi US$ 271,5 juta atau setara Rp 3,8 triliun per September 2021. Capaian tersebut didukung pendapatan bersih ITMG yang meningkat 51,8 % menjadi US$ 1,3 miliar atau setara Rp 18,6 triliun pada periode sama.
Dilansir dari keterangan resmi perusahaan, kenaikan harga batu bara global diklaim sebagai sumber kinerja positif ITMG dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Berdasarkan laman Ditjen Minerba, harga batu bara sempat menyentuh level puncak pada November 2021 ke level US$ 215 per ton atau setara Rp 3,1 juta per ton. Meskipun begitu, untuk Desember harganya menyusut menjadi US$ 159,8 per ton atau setara Rp 2,3 juta per ton.
Kinerja Keuangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (dalam US$ juta) | |||
Keterangan | 9M2021 | 9M2020 | YoY (%) |
Penjualan bersih | $ 1,323.34 | $ 871.88 | 51.78% |
Beban pokok pendapatan | $ (792.29) | $ (732.05) | 8.23% |
Laba Periode Berjalan | $ 271.48 | $ 38.63 | 602.77% |
Total Aset | $ 1,509.50 | $ 1,158.60 | 30.29% |
Total Liabilitas | $ 471.63 | $ 312.34 | 51.00% |
Indo Tambangraya Gencar Aksi Korporasi
Indo Tambangraya Megah merupakan salah satu perusahaan energi di Indonesia, yang terintegrasi dengan kegiatan penambangan, pengolahan dan logistik. ITMG berdiri sejak 2 September 1987, dengan bisnis utamanya di bidang operasi pertambangan dan penjualan batu bara.
Untuk memulai tahap pra-produksi, ITMG mengakuisisi PT Indominco Mandiri sebagai anak perusahaan pada 11 November 1988. Proses pra-produksi kemudian dilakukan oleh PT Indominco Mandiri pada 1995. Tiga tahun berselang, yaitu di tahun 1998, perusahaan memulai kegiatan usaha komersilnya.
Mulanya, Indominco Mandiri melakukan kegiatan pertambangan melalui kerja sama dengan perusahaan pemerintah, PT Bukit Asam (PTBA). Kerja sama ini diikat dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKB2B) Nomor 097.B.Ji/292/U/90 tanggal 5 Oktober 1990. Konsesi lahan yang diberikan untuk eksplorasi ITMG sebesar 99.920 hektare.
Keadaan berubah ketika sebuah perusahaan dari Singapura, bernama Banpu Minerals mengakuisisi ITMG dan anak perusahaannya pada 2001. Meski perusahaan yang mengakuisisi ITMG berasal dari Singapura, induk perusahaan Banpu Minerals berada di Thailand. Perusahaan ini kemudian melebarkan sayapnya dengan mengakuisisi PT Bharinto Ekatama pada 2004 dan PT Jorong Barutama Greston pada 2007.
Di tahun yang sama, tepatnya pada 18 Desember 2007, ITMG melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada penawaran saham perdana, ITMG melepas 20 % sahamnya atau 225,9 juta lembar dengan harga Rp 14.000 per lembar. Lewat aksi korporasi tersebut, emiten pertambangan itu mengantongi dana Rp 3,16 triliun.
Meski sukses di IPO, pada 2010, induk usaha ITMG, Banpu Minerals melepaskan 98,5 juta lembar saham atau 8,72 % dari total saham perusahaan, dengan tujuan divestasi. Alhasil, kepemilikan Banpu Minerals menjadi 65 %. Dari aksi korporasi tersebut, Indo Tambangraya Megah memperoleh dana Rp 3,5 triliun yang digunakan untuk memperbaiki neraca keuangan perusahaan.
Dengan dana hasil divestasi, perusahaan mulai getol mendirikan anak usaha sejak 2014, dimulai dari PT ITM Indonesia dan PT Tambang Raya Usaha Tama. Tahun berikutnya, Indo Tambangraya mendirikan anak usaha bernama PT ITM Energi Utama dan PT ITM Batu Bara. Pada 2016, perusahaan ini mendirikan anak usaha bernama Banpu Power dengan kepemilikan saham 70 %.
Setelah mendirikan anak usaha, ITMG kemudian melakukan akuisisi pada 2017 melalui PT Tepian Indah Sukses dan PT GasEmas dengan masing-masing kepemilikan saham 70% dan 75%. Sisa saham PT Tepian Indah Sukses kemudian diborong ITMG pada 2019, sehingga kepemilikannya menjadi 100 %.
Akusisi terus berlanjut, pada 2018 ITMG mengakuisisi PT Nusa Persada Resources dan PT Energi Batubara Perkasa dengan kepemilikan penuh. Dalam catatan laman resmi perusahaan, akuisisi terakhir terjadi pada 2020, yaitu akuisisi penuh saham PT Sentral Mutiara Energy serta 75 % saham PT Graha Panca Karya.
Pertambangan Indo Tambangraya Megah
Lihat postingan ini di InstagramSebuah kiriman dibagikan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (@indotambangrayamegah)
ITMG diketahui memiliki enam tambang, lima pelabuhan, dan dua titik pemuatan batu bara. Enam tambang yang dimiliki ITMG berada di bawah perusahaan masing-masing, seperti PT Jorong Barutama Greston (Kalimantan Selatan), PT Bharinto Ekatama (Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur), PT Trubaindo Coal Mining (Kalimantan Timur), PT Kitadin (Kalimantan Timur), dan PT Indominco Mandiri (Kalimantan Timur).
Untuk mendistribusikan batu bara, ITMG mengelola tiga pelabuhan, yaitu Balikpapan Coal Terminal dan Pelabuhan Bontang di Kalimantan Timur, serta Pelabuhan Jorong di Kalimantan Selatan. Untuk titik pemuatan batu bara, terletak di Muara Berau dan Muara Jawa di Kalimantan Timur.
Sepanjang sembilan bulan pertama di 2021, ITMG berhasil menjual 14,8 juta ton batu bara ke berbagai negara, yaitu 28 % (4,1 juta ton) ke Cina, 21 % (3,2 juta ton) ke dalam negeri, 14 % (2,1 juta ton) ke Jepang, 10 % (1,4 juta ton) ke Filipina, 7 % (1 juta ton) ke Thailand, dan sisanya ke India, Taiwan, Vietnam, Korea, dll. Merujuk pada paparan publik perusahaan, angka penjualan ini turun 4 %, berada di bawah target sebab curah hujan yang tinggi berdampak besar ke produksi.
Saat ini, ITMG menjalankan kegiatan pendukung yakni operasional terminal batu bara beserta fasilitas pelabuhan muat, pembangkit listrik, serta kontraktor pertambangan. Perusahaan pun fokus pada produktivitas dan strategi efisiensi biaya, serta memperoleh tingkat pengembalian (return) yang optimal dari rantai nilai batu bara dan mencapai transformasi dan diversifikasi bisnisnya.
Tak hanya itu, ITMG melakukan ekspansi di ruang lingkup bisnisnya agar dapat memperkuat bisnis utama. Hal itu menyusul perubahan pemanfaatan dunia terhadap bahan bakar fosil menuju sumber energi terbarukan. Untuk itu, pembangkit tenaga berbasis surya telah dikembangkan dan sekaligus menjadi titik awal perusahaan dengan kode saham ITMG itu menghadapi masa depan industri energi.
Saat ini, ITMG memiliki jajaran direktur dan komisaris dari Indonesia dan Thailand sebagai induk perusahaan utamanya. Jabatan Direktur Utama dipegang oleh Mulianto, warga Indonesia yang lahir pada 10 Oktober 1970. Dia alumni jurusan Akuntansi dari Universitas Atmajaya Yogyakarta dan peraih Master of Business Administration (MBA) dari National University, Singapura.
Karier mulianto dimulai dengan bekerja di kantor konsultan audit pada 1994. Setahun berikutnya, ia bergabung dengan ITMG sebagai Accounting Supervisor. Kariernya kemudian naik menjadi Head of General Accounting pada 2005, kemudian menanjak setahun berikutnya menjadi Head of General Accounting, Tax, Financial System, dan Procedure.
Malang melintang di ITMG, Mulianto kemudian menjabat Direktur Controller pada 28 Maret 2016 dan Direktur Keuangan pada 1 Maret 2019. Jabatannya sebagai direktur utama diterima pada 27 Mei 2020 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Dilansir dari laman resmi perusahaan, dia juga menjabat sebagai komisaris di anak perusahaan ITMG.