Memahami Teks Anekdot dan Ciri-cirinya Secara Lengkap

Tifani
Oleh Tifani
15 Mei 2023, 10:15
Ilustrasi Teks Anekdot
Pixabay
Ilustrasi Teks Anekdot

"Hahahahaha, dasar!" gelak Bu Guru dan siswa-siswa kelas.

  • Contoh Teks Anekdot 5: Mimpi

Tiga orang musafir dalam perjalanan jauh kelelahan. Mereka bersama-sama melanjutkan perjalanan.

Setelah berhari-hari, mereka menyadari bahwa makanan yang tersisa hanya satu helai roti dan seteguk air di kendi. Mereka bertengkar soal siapa yang berhak makan dan minum sisa perbekalan tersebut.

Malam tiba. Seseorang dari musafir mengusulkan agar semuanya tidur.

"Saat bangun besok, kita ceritakan mimpi kita. Orang yang punya mimpi paling menakjubkan, berhak atas bekal ini," katanya.

Pagi berikutnya, mereka bangun.

"Aku mimpi begini, berada di tempat yang indah dan tenang, berjumpa dengan orang bijaksana. Ia bilang bahwa aku berhak atas makanan kita karena kehidupan masa lalu dan masa depanku berharga," kata musafir pertama.

"Aneh sekali," kata musafir kedua. "Di mimpiku, aku melihat orang serba tahu, ia bilang aku berhak atas makanan itu karena aku lebih berpengetahuan. Aku perlu makan karena ditakdirkan menuntun," tuturnya.

Musafir ketiga berkata," Dalam mimpiku, tidak ada yang kulihat. Aku hanya merasakan kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air, lalu makan di situ juga. Itulah yang kulakukan semalam."

  • Contoh Teks Anekdot 6: Filsuf

Seorang raja berada dalam satu perahu dengan seorang hamba sahaya asal Persia yang sebelumnya tidak pernah berlayar. Hamba itu merasa sangat takut.

Kondisi ini membuat Raja tidak senang. Kebetulan, di dalam perahu ada seorang filsuf.

"Jika diizinkan, biarkan saya menenangkan hatinya," kata si filsuf.

"Akan sangat terpuji jika usaha Anda berhasil," sahut si Raja.

Filsuf itu lalu menceburkan si hamba ke dalam air. Hamba itu meronta-ronta, lalu segera ditangkap sebelum tenggelam.

Hamba itu lalu didudukkan di pojok buritan. Hatinya kini lebih lega.

Raja merasa heran karena ia tidak mengerti hikmah tindakan si filsuf.

"Kenapa si hamba kini jadi tenang? Kenapa engkau melakukan itu?"

Sebelum ia mengerti penderitaan tenggelam, ia tidak akan tahu bahwa berada di dalam perahu lebih aman," kata si filsuf.

  • Contoh Teks Anekdot 7: Kebijaksanaan

Seorang darwis ingin belajar tentang kebijaksanaan hidup dari Nasruddin. Nasruddin pun bersedia, dengan catatan bahwa kebijaksanaan hanya bisa dipelajari dengan praktik. Si darwis pun menyanggupi.

Malam itu, Nasruddin menggosok kayu membuat api. Api kecil itu ditiup-tiupnya.

"Mengapa api itu engkau tiup?" tanya sang darwis.

"Agar lebih panas dan lebih besar apinya," sahut Nasruddin.

Setelah api besar, Nasruddin memasak sup. Sup menjadi panas. Ia menuangkan ke dalam dua mangkuk. Nasruddin mengambil mangkuknya dan meniup-niup sup.

"Mengapa sup itu kau tiup?" tanya sang darwis lagi.

"Agar lebih dingin dan enak dimakan," kata Nasruddin.

"Ah aku rasa, aku tidak jadi belajar darimu," ketus sang darwis. "Engkau tidak bisa konsisten dengan pengetahuanmu."

  • Contoh Teks Anekdot 8: Sombong

Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.

"Naik! Berangkat!" seru tukang perahu.

Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, "Hei, sudahkah kamu mempelajari tata bahasa?"

"Belum," kata tukang perahu. Ahli bahasa itu berkata lagi, "Kalau begitu, hidupmu sia-sia."

Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tuka perahu itu berseru pada si ahli bahasa.

"Hei, sudahkah kamu belajar berenang?"

"Belum," jawab si ahli bahasa.

"Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia," jawab tukang perahu. "Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam."

  • Contoh Teks Anekdot 9: Takhta

Bahlul sering menyembunyikan kecerdasannya di balik kegilaan. Dengan begitu, ia bisa keluar masuk istana Harun Al-Rasyid dengan bebas.

Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana raja kosong. Ia langsung mendudukinya.

Menempati tahta raja termasuk kejahatan berat. Para pengawal pun menangkap Bahlul, memaksanya turun dari tahta, dan memukulnya. Jeritan Bahlul lalu terdengar oleh raja yang segera menghampirinya.

"Kasihan! Orang ini gila. Jangan khawatir, cepat hapus air matamu," kata Raja.

Bahlul berkata, " Wahai Raja, bukan karena pukulan aku menangis, tetapi karena kasihan padamu!"

"Kenapa?" tanya Raja heran.

"Wahai Raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali, mereka langsung memukulku dengan keras. Kau sudah mendudukinya 20 tahun, pukulan apa yang kau terima? Sungguh sedih aku memikirkannya."

  • Contoh Teks Anekdot 10: Racun

Ketika masih muda, Abu Nawas sempat bekerja di perusahaan jasa jahit pakaian. Suatu hari, majikannya datang membawa satu kendi madu.

Khawatir madu diminum Abu Nawas, majikannya berbohong dan berkata, "Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan saya tidak mau kamu mati meminumnya!"

Sang majikan pun pergi ke luar. Pada saat itu, Abu Nawas menjual sepotong pakaian, lalu menggunakan uangnya untuk membeli roti. Ia lalu menghabiskan madu itu dengan rotinya.

Majikannya pun datang. Ia tersadar satu pakaian hilang dan madu di kendi habis. Ia bertanya pada Abu Nawas.

"Abu! Apa yang sebenarnya terjadi?"

Abu Nawas berpura-pura tewas dan menjawab, "Maaf Tuan, apakah Tuan sudah meninggal seperti saya? Tadi ada yang mencuri pakaian Tuan. Karena saya takut dimarahi, saya putuskan menenggak racun dalam kendi saja."

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...