Sektor Tambang Tumbuh 7,78% Kuartal III, Tertinggi Sejak Era Soeharto

Image title
Oleh Maesaroh
5 November 2021, 14:47
tambang, Soeharto, ekonomi, pertumbuhan ekonomi
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (15/2/2021). Harga batu bara melonjak pada tahun ini yang membuat pertumbuhan sektor tambang melesat.

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 7,78% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal III tahun 2021. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1995.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan sektor pertambangan tiap kuartal sejak 2000.
Berdasarkan data series tersebut, tidak ditemukan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang melebihi 7,78% pada satu kuartal.

Level tertinggi sebelumnya adalah 7,27% pada kuartal I tahun 2012 kemudian 6,93% di kuartal IV tahun 2009.

Deputi BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud mengatakan pertumbuhan kategori pertambangan tertinggi sebelumnya adalah pada kuartal III tahun 1995.

Pada saat itu Indonesia masih dipimpin Presiden Soeharto di era Orde Baru. Pada periode kuartal III tahun 1995, sektor pertambangan tumbuh 7,85% secara tahunan.

 Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan salah satu pendorong terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian adalah bijih logam.

Pada kuartal III tahun 2021, pertambangan sektor bijih logam tumbuh 24,73% secara tahunan.
Kenaikan ini didorong oleh melonjaknya produksi tembaga dan emas.

Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 18,08% di kuartal II/2021.

Industri batu bara dan lignit tumbuh 14,95% didorong oleh kenaikan produksi batu bara di kuartal III/2021. Pada kuartal II 2021, sektor ini tumbuh 13,27%.

"Pertambangan dan penggalian lainnya tumbuh 2,49% didorong oleh produksi kerikil, tanah liat, dan kapur,"tutur Margo Yuwono, dalam jumpa pers pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2021.

Dari sejumlah bidang usaha pertambangan, hanya pertambangan minyak, gas, dan panas bumi yang mengalami kontraksi.

Kontraksi disebabkan oleh turunnya produktivitas sumur minyak di Indonesia.

 Harga beberapa komoditas melonjak tajam sejak akhir tahun lalu hingga dalam beberapa bulan terakhir, termasuk batu bara dan tembaga.

Sepanjang September dan Oktober, harga batu bara bahkan terus memecahkan rekor.

Pada 5 Oktober, harga batu bara di pasar future GC Newcastle mencapai US$269,5 per ton, yang menjadi rekor tertinggi dalam sejarah.

Harga batu bara melonjak karena tingginya permintaan dunia terutama dari Cina, negara-negara Eropa, dan India menyusul terjadinya krisis energi.

Selain sektor pertambangan, BPS juga mencatat ada 10 sektor lain yang tumbuh di kuartal III tahun ini,

Sektor tersebut adalah jasa kesehatan,  infokom, perdagangan, pengadaan air, jasa keuangan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, industri pengolahan, pertanian, dan real estat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...