Harga Tembus US$ 50, Minyak Konvensional Hadapi Risiko

Maria Yuniar Ardhiati
14 Juli 2016, 16:10
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.

Meningkatnya harga minyak dunia berdampak negatif bagi pengembangan migas konvensional. Lembaga konsultan migas internasional Wood Mackenzie menyatakan mayoritas proyek minyak konvensional akan dihadang risiko pembatalan atau penundaan jika harga tetap US$ 50 per barel.

“Untuk proyek minyak konvensional, proyek laut dalam di wilayah barat Afrika sangat riskan,” kata Kepala Analis Wood Mackenzie, Simon Flowers, seperti dilansir Reuters, Rabu (13/7). Meski demikian, sejumlah proyek di Angola dan Nigeria tidak masuk dalam analisa lembaga ini.

Pengeluaran industri hulu minyak global serta kegiatan eksplorasinya telah turun lebih dari US$ 1 triliun. Ini terjadi sejak harga minyak anjlok pada pertengahan 2014. Kebijakan Pengurangan biaya ini ditempuh perusahaan migas untuk menghemat pengeluaran. (Baca: Beda dengan Harga Minyak Dunia, ICP Juni Turun Jadi US$ 44,5)

Perusahaan minyak milik negara di Angola, yaitu Sonangol, menunda semua pembahasan mengenai penjualan asetnya. Sedangkan pemerintah Nigeria memperingatkan penggunaan dana yang disisihkan dalam proyek minyak untuk mengisi kekosongan anggaran.

Meski demikian, penelitian Wood Mackenzie menunjukkan pemangkasan pengeluaran yang agresif telah mendorong peningkatan persentase kelayakan proyek yang biaya produksinya di bawah US$ 60 per barel. Persentasinya naik dari 50 persen tahun lalu, menjadi 70 persen.

Pemangkasan biaya hingga 15 persen di industri minyak global, termasuk untuk biaya pengeboran rig dan pekerja, telah meningkatkan nilai keekonomian proyek migas. Khususnya di pasar minyak Amerika Serikat yang cukup ketat.

Halaman:
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...