Advertisement
Advertisement
Analisis | Mana yang Paling Favorit, E-Money atau E-Wallet? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mana yang Paling Favorit, E-Money atau E-Wallet?

Foto:
Konsumen lebih cenderung menggunakan e-wallet ketimbang e-money setiap hari. Hal ini karena preferensi masyarakat untuk memilih layanan pembayaran digital adalah pada keamanan. Sebuah hal yang dimiliki e-wallet.
Author's Photo
29 Oktober 2020, 08.00
Button AI Summarize

Transformasi digital turut mengubah cara transaksi masyarakat ke arah nontunai atau cashless. Bank Indonesia (BI) mencatat volume dan nilai transaksi uang elektronik di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun ke belakang.

Lonjakan tertinggi tercatat dalam rentang 2017-2018. Secara volume, pertumbuhan sebesar 209,8% dari 943,3 juta transaksi menjadi 2,922 miliar. Nominalnya tumbuh 281,4% dari Rp 12,4 triliun menjadi Rp 47,2 triliun.   

Survei iPrice yang bekerja sama dengan Jakpat menemukan 26% masyarakat telah menggunakan e-wallet (dompet digital)/e-money (uang elektronik) untuk berbelanja daring. Angka ini tepat di bawah metode transfer bank. Dengan kata lain, masyarakat kini semakin ramah dengan kedua jenis alat pembayaran digital tersebut.  

Pertumbuhan pesat transaksi nontunai tak lepas dari kian banyaknya penyedia layanan transaksi digital dari perbankan, operator seluler, dan perusahaan rintisan (startup) dalam beberapa tahun ke belakang. Mereka terus memperkenalkan produknya ke publik. BI mencatat hingga 27 Mei 2020 terdapat 51 penyelenggara uang elektronik di negeri ini.

Begitu juga tak lepas dari peran pemerintah yang terus mengajak masyarakat beralih ke pembayaran nontunai. Hal ini karena pembayaran nontunai lebih hemat, efisien, dan memiliki jangkauannya lebih luas ketimbang secara tunai.

Ditilik lebih dalam, konsumen lebih sering menggunakan e-wallet ketimbang e-money. Hal ini tercermin dari hasil riset Katadata Insight Center (KIC) bahwa 11,1% responden menggunakan Dana setiap hari. Dana adalah salah satu jenis e-wallet yang beredar di masyarakat.

Sementara, konsumen yang memanfaatkan e-money setiap hari berada di urutan kedua dengan 9,1%. Riset ini menggolongkan e-money pada merek Flazz BCA, e-money Mandiri, dan Brizzi.

Konsumen yang mengaku sangat jarang menggunakan e-money sebesar 27,3%. Angka ini terbesar kedua, tepat di bawah Shopee Pay yang merupakan salah satu jenis e-wallet.     

Sumber data lain, dari iPrice dan App Annie, menyatakan Gopay masih menjadi pemimpin sebagai dompet digital teraktif. Pengguna aktif bulanannya selalu di tingkat teratas sejak kuartal II-2019, masih tak tergeser hingga kuartal II-2020.

Guna menjelaskan kecenderungan tersebut, penting mengetahui karaterisitik e-money dan e-wallet. Layanan e-money termasuk dalam perbankan dan operator seluler. Konsumen dapat memanfaatkan fasilitas tersebut melalui sebuah kartu yang berbasis cip.

Keunggulannya, masyarakat bisa mendapatkannya dengan mudah dan tanpa registrasi. Kartu e-money biasanya tersedia di gerai swalayan dan pengguna dapat mengisinya dengan saldo maksimal Rp 2 juta.  Kemudahan ini membuatnya mampu menjangkau masyarakat secara luas. Segmentasi penggunanya pun dari luar jaringan (luring) dan daring.

Kelemahan e-money adalah tak mempunyai fitur keamanan pendukung. Sehingga ketika kartu e-money hilang, saldo di dalamnya pun turut lenyap. Orang lain yang bukan pemiliknya pun bisa dengan mudah menggunakannya tanpa proses verifikasi lebih lanjut.   

Halaman:

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi