Magnet Wisata Kalibiru, Mengelola Alam Jadi Berkah

Fitria Nurhayati
Oleh Fitria Nurhayati - Tim Riset dan Publikasi
20 Oktober 2020, 10:32
Wisatawan menikmati hamparan perbukitan Menoreh yang hijau dan Waduk Sermo yang tenang
dok. Manajemen Wisata Kalibiru
Wisatawan menikmati hamparan perbukitan Menoreh yang hijau dan Waduk Sermo yang tenang

Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota pariwisata. Kekayaan budaya dan keeksotisan alamnya menjadi magnet bagi wisatawan. Wisata alamnya beraneka rupa, mulai dari yang cukup dinikmati dengan pandangan mata sampai yang memacu adrenalin pengunjungnya.

Wisata alam Kalibiru salah satunya. Kalibiru terletak di Jalan Waduk Sermo, Kalibiru, Hargowilis, Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dan dapat ditempuh dengan perjalanan bermotor kurang lebih satu jam dari  Stasiun Tugu. Berada di ketinggian 450 mdpl, wisata alam Kalibiru menyajikan pemandangan memukau. Perbukitan Menoreh diselimuti pepohonan hijau seperti cemara, jati, dan kayu putih. Ditambah Waduk Sermo yang berkelok membelah bukit, menambah keelokan.

Advertisement

Selain menyajikan keindahan alam yang memanjakan mata, wisata alam Kalibiru juga menyediakan wahana permainan yang memacu adrenalin. Wisatawan uji nyali dengan menaiki flying fox dan juga jembatan gantung yang bergoyang saat kaki memijak.

Wisata Alam Kalibiru dibuka pada akhir 2009. Didirikan masyarakat setempat yang tergabung dalam kelompok tani Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mandiri program Perhutanan Sosial. Sebelumnya, masyarakat mencari penghidupan dengan keluar masuk hutan. Menanam tumbuhan semusim, mengambil tegakan yang bisa dijual. Lama kelamaan, hutan menjadi gersang. Aktivitas masyarakat pun dicap illegal.

Menurut Ketua Kelompok HKm Mandiri, Sisprajan, tindakan masyarakat beralasan karena hutan tersebut milik nenek moyang bangsa Indonesia. Namun setelah bangsa penjajah masuk Indonesia, orang pribumi  dipinggirkan. Akibatnya tanah masyarakat sedikit, bahkan ada penduduk yang tak punya sejengkal pun. “Makanya, masyarakat mencari makan dari hutan,” ujar Sis, sapaan akrab Sisprajan kepada tim riset Katadata.

Memikat Pelancong Melalui Hutan Wisata

 

 

 

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga peneliti dari kampus kemudian turun tangan. Mereka menjembatani pemerintah dan masyarakat membuat payung hukum yang bisa mensejahterakan penduduk, sekaligus menjaga hutan tetap lestari.

Setelah melewati proses panjang, akhirnya pada 2009 ditetapkan HKm Mandiri melakukan aktivitas jasa lingkungan. Pemerintah juga LSM membantu masyakarat memetakan wilayah tertentu yang memiliki potensi wisata.

Tidak mudah mengajak masyarakat untuk menyepakati wilayah kelompok menjadi jasa lingkungan. “Background kami petani, tidak tahu menahu soal manajemen wisata. Alhamdulillah kami dibantu banyak LSM dan pemda setempat,” kata Sis.”Sampai kami meyakini, kalau jasa lingkungan ini dikelola dengan benar, hasilnya luar biasa.”

Pertemuan dilakukan berkali-kali. Seringkali pertemuan baru bisa dilakukan pada malam hari. Saat itu, jalanan Kulonprogo belum sebagus sekarang. Jalanan masih berbatu besar. Belum banyak warga yang memiliki kendaraan. Para aktivis LSM kemudian mengantar jemput warga dengan motor atau mobil.

“Perjuangan itu luar biasa. Tapi kami tahu, kami sedang memperjuangkan masa depan banyak orang. Jadi kami juga semangat melakukannya,” kata Direktur LSM Damar Saptono Tanjung. LSM Damar merupakan salah satu LSM yang terlibat dalam perjuangan warga Kalibiru dan sekitarnya mendapatkan kejelasan hukum.

Berkah Ekonomi dari Merawat Alam

Pada awal Desa Wisata Kalibiru dibuka, belum banyak pengunjung datang. Namun, pasca menjuarai lomba Wana Lestari pada 2014, pengunjung Kalibiru membludak. Wisatawan berasal dari dalam negeri sampai mancanegara. Dari catatan pengunjung, pernah pada 2016 dalam sehari ada 7.000 wisatawan yang datang. Antrian sampai dua kilometer lebih.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement