MTEL hingga PGEO Penghuni Baru Indeks LQ45, Bagaimana Prospeknya?
Dua emiten BUMN, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), hingga PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), masuk daftar penghuni baru indeks LQ45 dan mulai berlaku efektif pada 1 Februari 2024.
Selain dua perusahaan ini, terdapat PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Mitra Pack Tbk (PTMP) yang masuk jajaran. Sedangkan, empat korporasi lain harus terpental dari daftar: PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan PT Chandra Asri Paciific Tbk (TPIA).
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, memastikan penetapan konstituen suatu indeks mengacu pada parameter kuantitatif dan kualitatif termasuk value, volume, frekuensi, rasio fundamental dan parameter lainnya.
“Dari hal tersebut, saham saham yang masuk dalam IDX30, LQ45, IDX80 dan indeks lainnya yang diumumkan oleh BEI sudah sesuai dengan prosedur yang ada,” kata Jeffrey, Jumat (26/1) kepada wartawan.
BEI mencatat, masuknya Dayamitra Telekomunikasi ke indeks ini karena mempunyai bobot 0,48% terhadap IHSG. Sementara, saham Pertamina Geothermal Energy memiliki bobot 0,29%.
Prospek Saham
Analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi mengungkapkan inklusi ke indeks LQ45 akan menjadi katalis positif untuk saham perusahaan anak Grup Telkom tersebut.
Sebabnya, MTEL sebelumnya sudah menjadi konstituen indeks IDX80 yang menjadi universe untuk seleksi saham yang masuk LQ45 sebagai prasyarat awal.
“Kriteria selanjutnya adalah likuiditas perdagangan saham dan aspek fundamental seperti kinerja keuangan dan kepatuhan dan semuanya sudah terpenuhi,” ungkap Aqil, dalam risetnya, Jumat (26/1).
Ia juga menuturkan bahwa saat evaluasi mayor dilakukan likuiditas transaksi MTEL terus membaik. Tren perbaikan volume terjadi sejak kuartal I-2023. Rata-rata volume transaksi di kuartal terakhir 2023 sampai 47,2 juta naik 6% secara kuartalan. Jika dibandingkan dengan rata-rata volume di kuartal I-2023 yang hanya 20 juta maka kenaikannya mencapai lebih dari 2 kali.
Secara fundamental Aqil juga menilai MTEL merupakan emiten dari sektor menara dan fiber optik dengan kinerja solid. Laba bersih perusahaan tercatat tumbuh 16,6% secara tahunan hingga akhir September 2023.
Edo Ardiansyah, Analis Phillip Sekuritas, berpendapat dampak dari inklusi saham MTEL ke LQ45 akan menyebabkan eksposur ke investor terutama fund manager yang lebih luas.
“Banyak fund manager lokal terutama big fund menjadikan indeks LQ45 sebagai benchmark atau tolok ukur kinerja investasi mereka. Big fund cukup selektif dalam berinvestasi sehingga inklusi MTEL dapat mendiversifikasi komposisi pemegang saham perusahaan terutama di kalangan fund manager,” kata Edo.
Edo menuturkan inklusi tersebut menjadi katalis positif untuk saham MTEL dikarenakan adanya rebalancing portofolio yang menyebabkan inflow dana masuk ke saham MTEL. Jika mengacu pada IDX Index Fact Sheet, terdapat 6 produk reksa dana yang secara langsung menjadikan LQ45 sebagai benchmark dengan total dana kelolaan total mencapai hampir Rp 1,1 triliun.
Pada perdagangan Jumat (26/1), harga saham MTEL tercatat mengalami kenaikan 3,85% ke posisi Rp 675 per lembar dengan kapitalisasi pasar Rp 55,98 triliun. Sedangkan, saham PGEO juga terangkat 5,18% ke level Rp 1.320 dengan kapitalisasi pasar Rp 54,64 triliun.