Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi baru hingga 8%, dengan fokus pada perkembangan inovasi dan ekonomi hijau diungkapkan para menteri.
BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 3,26 miliar pada September 2024. Realisasi ini mencatatkan tren positif selama 53 bulan seiring dengan stabilnya ekonomi nasional.
BPS mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$3,26 miliar pada September 2024. Hal ini menandai surplus berkelanjutan selama 53 bulan sejak Mei 2020.
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia diperkirakan berlanjut pada September 2024, meski nilai surplus berpotensi menyusut dan terindikasi tidak berkualitas, didukung penurunan impor bahan baku.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa ada potensi perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga untuk PTFI dan Amman hingga awal 2025 sebagai bagian dari relaksasi sementara.
Bank Dunia mengidentifikasi tiga faktor yang memengaruhi pertumbuhan Asia Timur dan Pasifik mulai dari perubahan perdagangan, perlambatan di Cina, dan ketidakpastian kebijakan dunia.
Cadangan devisa Indonesia turun menjadi US$149,9 miliar pada September 2024. Namun kondisi cadangan devisa masih mendukung ketahanan sektor eksternal dan stabilitas ekonomi.
Wamenkeu Thomas Djiwandono melakukan kunjungan kerja ke Bea Cukai Tanjung Priok, dengan menyimak proses bisnis dan pelayanan ekspor impor, serta digitalisasi layanan yang mempercepat proses tersebut.
Kementerian Keuangan menghitung potensi penerimaan negara bukan pajak atau PNBP yang bisa dikantongi dari ekspor sedimen pasir laut bisa mencapai Rp 2,5 triliun.
Ketua Umum Kadin Anindya Bakrie bertemu dengan Menko Airlangga Hartarto, untuk membahas kebijakan ekonomi dan APBN 2025 yang mendukung program pemerintahan Jokowi dan Prabowo.