Harga TBS Sawit Makin Anjlok, Luhut Percepat Ekspor CPO
Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit semakin turun meskipun pemerintah sudah membuka keran ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Pemerintah akan mempercepat ekspor CPO sehingga industri bisa segera menyerap TBS sawit dari petani.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa langkah percepatan ekspor CPO tersebut di antaranya mengizinkan mekanisme pemindah-tanganan hak ekspor yang berkontribusi dalam program Simirah dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Simirah merupakan sistem informasi minyak goreng yang dibuat oleh Kementerian Perindustrian.
Selain itu, Luhut juga melakukan mekanisme flush out. Pengusaha yang tidak tergabung dalam Simirah bisa melakukan ekspor, namun harus membayar biaya tambahan sebesar US$ 200 per ton kepada pemerintah.
“Biaya ini di luar pungutan ekspor dan bea keluar yang berlaku,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6).
Dengan mekanisme flush out, pemerintah memiliki target minimal satu juta ton CPO yang dapat di eskpor dalam waktu dekat. Hal tersebut nantinya akan mendorong percepatan pengosongan tangki-tangki perusahaan minyak sawit yang selama ini penuh.
“Dengan harapan utama adalah ketika tangki-tangki ini penuh, permintaan akan harga TBS terhadap petani akan meningkat kembali dan tentunya diiringi oleh peningkatan harga akan TBS yang juga kembali membaik,” ujarnya.
Penurunan harga TBS sawit diantaranya terjadi di semua pabrik minyak kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Harga TBS sawit turun berkisar Rp50 hingga Rp300 per kilogram. Semua pabrik membeli harga sawit lebih murah dibandingkan yang telah ditetapkan pemerintah daerah yaitu di kisaran Rp 2.400 hingga Rp 3.200 per kg.
“Penurunan disebabkan karena masih terbatasnya penjualan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dari daerah ini,” kata Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Meri Marlina, di Mukomuko, Kamis (10/6).
Sementara harga TBS sawit di Riau pada kelompok umur 10-20 tahun periode 8-14 Juni 2022 adalah sebesar Rp2.571,31 per kg, turun dibandingkan pekan sebelumnya Rp2.576,18 per kg.
"Penurunan harga sawit di Riau antara lain dipicu oleh penurunan harga jual CPO dari perusahaan yang menjadi sumber data," kata Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau Defris Hatmaja di Pekanbaru, Selasa (8/6).
Pabrik khusus petani
Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengusulkan agar pemerintah membuat aturan khusus soal pembentukan pabrik kelapa sawit khusus petani. Saat ini, ada aturan yang menghambat pembentukan pabrik khsusu petani tersebut yaitu kemampuan produksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 30 ton per jam. Padahal kemampuan produksi CPO petani hanya 5 ton per jam.
"Saya pikir, nggak bisa disamakan regulasinya dengan korporasi. Kami punya kebun, cuman terpencar. Jadi, harus dikasih regulasi khusus petani sawit," kata Ketua Umum Apkasindo, Gulat Manurung.
Gulat mengatakan, pabrik khusus petani ini dapat membantu menjaga harga TBS sawit di timgkat petani. Saat ini, harga TBS sawit sangat bergantung pada pembelian dari perusahaan kelapa sawit.
Menanggapi hal itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Ekon Musdhalifah Machmud mengatakan, belum mendiskusikan aturan khusus terkait pembentukan pabrik kelapa sawit (PKS) oleh petani sawit. Dia mengatakan, nilai syarat minimal produksi tersebut tidak akan diubah.
Menurut Musdhalifah, syarat kapasitas produksi merupakan salah satu faktor integritas sebuah PKS.
"Supaya jangan bikin (PKS) abal-abal. (Nanti petani sawit) bikin (PKS dengan kapasitas produksi 5 ton per jam) abal-abal. Kalau abal-abal, percuma (diizinkan pembentukan PKS)," kata Musdalifah di Jakarta, Kamis (9/6).
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatatkan, konsumsi minyak sawit dalam negeri sepanjang bulan Maret lalu mencapai 1,5 juta ton. Tingkat konsumsi itu naik 9,4% dari konsumsi Februari 2022 yang hanya 1,37 juta ton.