Outlook 2023: Industri Manufaktur Tumbuh Meski Dibayangi PHK Massal

Tia Dwitiani Komalasari
4 Januari 2023, 08:00
industri, manufaktur, outlook 2023
pexels/Tom Fisk
Perdagangan ekspor-impor.

Kinerja industri manufaktur diprediksi tumbuh positif meskipun resesi membayangi pada 2023. Namun, pemutusan hubungan kerja atau PHK rentan terjadi, terutama di sektor padat karya yang berorientasi ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pertumbuhan industri manufaktur diprediksi antara 5,1%-5,4% pada tahun ini. Dengan pertumbuhan sebesar itu, nilai ekspor industri manufaktur diperkirakan sebesar US$ 225 miliar-US$ 245 miliar, meningkat dari ekspor industri tahun lalu sekitar US$ 210,38 miliar.

Sedangkan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 450 triliun-Rp 470 triliun pada 2023. "Adapun penyerapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 19,2 juta-20,2 juta orang di tahun 2023," kata Agus, pada akhir Desember lalu.

Optimisme manufaktur tersebut tercermin dari PMI Manufaktur yang terus di atas poin 50 sepanjang 2022. Hal itu menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur tanah air konsisten berada dalam level ekspansif.

Pada Desember 2022, PMI Manufaktur Indonesia ditutup pada tingkat 50,9 atau berhasil naik dibandingkan perolehan bulan sebelumnya yang menyentuh di angka 50,3. Berdasarkan hasil survei yang dirilis S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia bertahan dalam fase ekspansif selama 16 bulan berturut-turut sejak September 2021.

Agus mengatakan, kinerja positif ini menunjukkan geliat industri manufaktur nasional terus mengalami perbaikan dan semakin pulih setelah terkena dampak pandemi Covid-19 dan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu karena ancaman resesi.

Namun demikianAgus mengatakan, tahun depan akan terdapat beberapa kendala atau tantangan. Tantangan pertama yaitu pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat tingkat inflasi global yang tinggi, dan gangguan rantai pasok akibat ketidakseimbangan perdagangan.

Tantangan kedua yaitu depresiasi nilai tukar rupiah akibat kebijakan moneter di negara maju menaikkan tingkat suku bunga. Ketiga yaitu perang Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kenaikan harga komoditas, krisis pangan, dan krisis energi.

Keempat, kemungkinan ketidakstabilan permintaan ekspor akibat permintaan global menurun. Dampaknya pengurangan produksi dan potensi PHK. “Kemudian, masih adanya ketergantungan impor bahan baku serta bahan baku penolong,” ujar Menperin.

Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi, Andi Rizaldi, memproyeksikan bahwa pertumbuhan industri pengolahan non migas diperkirakan mencapai 5,36% pada 2023. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan industri manufatur 2022 sebesar 5,02%.

"Pada 2022, pertumbuhan industri manufaktur disumbang oleh industri logam dasar sebesar 20,16%; industri mesin dan perlengkapan sebesar 17,6%; dan industri alas kaki sebesar 13,44%," ujarnya. 

Namun demikian, kontribusi industri pengolahan non migas diperkirakan mengalami kontraksi menjadi 15,71%, dibandingkan proyeksi capaian 2022 yang mencapai 16,49%.

Ekonomi Tumbuh Melambat

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo, Hariyadi Sukamdani, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi indonesia 2022 berkisar di antara 5,3-5,4% year on year atau yoy.

Hariyadi mengatakan, proyeksi tersebut didasarkan pada hasil pertumbuhan yoy yang diperoleh di kuartal I-2022 sebesar 5,01 %, kuartal II sebesar 5,44 persen, serta dan kuartal III sebesar 5,72 %. Pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan tren kenaikan sejak awal 2022, serta tumbuh di atas ekspektasi.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...