Bappenas: Ekonomi Hijau Jadi Solusi Keluar dari Jeratan Kelas Menengah

Image title
20 April 2021, 15:21
ekonomi hijau, bappenas
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/pras.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional  atau Bappenas memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan kembali seperti sebelum pandemi covid-19. Kondisi ini akan membuat Indonesia sulit keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah alias middle income trap.

Menteri Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan situasi ini memerlukan transformasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan menempatkan ekonomi hijau sebagai salah satu tujuan utama. "Untuk dapat menyelamatkan Indonesia dari middle income trap 2045," ujar Suharso dalam webinar Selasa (20/4).

Ekonomi hijau berwawasan lingkungan juga dapat berpengaruh untuk mengantisipasi ancaman dari dampak perubahan iklim. Sehingga penting mendorong adanya net zero emission Indonesia.

Beberapa negaya yakni Swedia, Inggris, Perancis, Denmark bahkan Tiongkok telah menargetkan net zero emission dari 2050 hingga 2060. Pemerintah juga telah menyiapkan beberapa skenario untuk menuju ke arah net zero emission.

Setidaknya ada empat skenario yang telah disiapkan Bappenas untuk mencapai negara tanpa emisi karbon yakni pada 2045, 2050, 2060, dan 2070. "Tentunya pilihan Ini memiliki implikasi pada pola Pembangunan dan pilihan kebijakan yang harus diterapkan mulai sekarang," kata dia.

Berdasarkan hasil simulasi Bappenas menunjukkan bahwa jika Indonesia ingin mencapai puncak emisi gas rumah kaca pada 2027, maka skenario yang dipilih yakni net zero emission pada 2045 atau 2050.

Sedangkan jika puncak emisi gas rumah kaca terjadi pada pada tahun 2033 hingga 2034, maka pilihan target net zero emission antara 2060 dan 2070.

Suharso berharap supaya puncak emisi gas rumah kaca tidak bergeser jauh dari 2033 atau 2034. Hal ini mengingat pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih lambat. Setiap pergeseran setahun dapat menggeser lima hingga 10 tahun pencapaian net zero emission.

Keputusan net zero emision yang diambil ini akan mendorong percepatan transisi energi yang berkelanjutan dan terintergasi. "Berbagai skenario net emission Indonesia tentunya akan memberikan impilikasi kebijakan yang berbeda. Semakin cepat semakin baik," ujarnya.

Perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional atau IMF mendesak para penghasil emisi karbon terbesar di dunia untuk menyetujui harga dasar karbon.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgiva mengatakan di tengah krisis karena pandemi Covid-19, negara-negara di dunia harus bergerak cepat mencegah perubahan iklim. “Ini adalah ancaman besar bagi pertumbuhan dan kemakmuran. Kebijakan ekonomi makro sangat penting untuk memerangi pemanasan global,” katanya, dilansir dari Reuters, Selasa (13/10).

Penelitian IMF menunjukkan kebijakan ekonomi yang tepat dapat mewujudkan dunia bebas emisi karbon di 2050. Dengan stimulus fiskal dari berbagai negara, kebutuhan dana untuk investasi hijau ini diperkirakan mencapai US$ 12 triliun.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...