Advertisement
Analisis | Persaingan Ketat Produsen Smartphone Menggaet Pasar kala Pandemi - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Persaingan Ketat Produsen Smartphone Menggaet Pasar kala Pandemi

Foto: Joshua Siringo/Katadata
Pandemi Covid-19 yang berimplikasi pada karantina wilayah dan ketidakpastian ekonomi membuat penjualan smartphone global menurun. Persaingan antar perusahaan besar dalam mengakuisisi pasar pun semakin ketat.
Cindy Mutia Annur
13 November 2020, 09.35
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pasar ponsel pintar atau smartphone global akan terus berkembang. Namun, pandemi Covid-19 yang menyerang hampir seluruh dunia mulai akhir tahun lalu sampai sekarang, membuat penjualannya melambat. Persaingan para produsennya pun semakin ketat.  

Laporan Newzoo bertajuk Global Mobile Market Report 2020 memprediksi jumlah pengguna smartphone dunia tahun ini akan mencapai 3,5 miliar pengguna pada 2020. Jumlah ini bisa terus meningkat menjadi 4,1 miliar pengguna pada 2023.

Newzoo memproyeksikan Tiongkok, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Brazil menjadi negara yang bakal terbanyak mencetak pengguna smartphone tahun ini. Tiongkok bisa memiliki 874,4 juta pengguna dan India 442,7 juta pengguna.

Melambatnya penjualan smartphone dunia sudah terlihat sejak kuartal I tahun ini. Lembaga analisis pasar teknologi, Canalys mencatat pengiriman secara global sebanyak 272 juta unit atau menurun sebanyak 13% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).

Jumlah pengiriman smartphone pada kuartal II 2020 meningkat menjadi 285 juta unit. Meski demikian, pertumbuhannya anjlok 14% (yoy). Pengiriman baru tumbuh tinggi pada kuartal III 2020, yakni mencapai 348 juta unit atau meningkat 22% dari kuartal sebelumnya (q-to-q). Pertumbuhan secara tahunan pun hanya menurun 1% (yoy).

Faktor yang memengaruhi penjualan lambat smartphone saat pandemi adalah kebijakan karantina wilayah di sejumlah negara. Banyak toko ritel fisik yang tutup karena tergolong bukan kebutuhan esensial. Melansir Bloomberg, mulai Maret lalu Apple harus menutup 42 toko di Tiongkok dan 458 toko di negara lain.

Selanjutnya, karena terpengaruh berkurangnya pendapatan masyarakat yang berakibat pada penurunan daya beli. Analis senior Canalys, Ben Stanton menilai sebetulnya masyarakat masih butuh mengganti smartphone saat pandemi, tapi banyak dari mereka menunda pembelian karena menggolongkannya sebagai barang mewah.  

Dalam tiga kuartal tersebut, persaingan ketat terjadi di antara para produsen besar. Pada kuartal I, Samsung tetap menjadi pemenang dengan pengiriman smartphone mencapai 60 juta unit dan menguasai 21,9% pasar global. Disusul Huawei yang berhasil mengirim 49 juta unit smartphone dan menguasai 18% pasar global.

Penjualan smartphone Huawei pada kuartal I tahun ini sangat terpengaruh larangan impor oleh Amerika Serikat pada Mei lalu. Pemerintahan Donald Trump menilai teknologi perusahaan ini dapat mengancam keamanan nasional. 

 

Namun, pada kuartal II, penjualan Huawei untuk pertama kalinya mengungguli Samsung. Perusahaan asal Tiongkok ini tercatat mengirimkan 55,8 juta unit smartphone dan menguasai 19,6% pasar global. Sedangkan Samsung mengirim 53,7 juta unit dengan penguasaan pasar global 18,9%.

Catatan menarik pada kuartal II adalah Apple menjadi satu-satunya perusahaan yang pengirimannya tumbuh positif, yakni 25% (yoy) dengan 45,1 juta unit smartphone. Lalu, Oppo yang berhasil masuk ke dalam jajaran lima besar dengan menggeser Vivo.

Pertumbuhan positif Apple terpengaruh besarnya minat konsumen terhadap iPhone 11 yang menyumbang 40% dari total penjualan smartphone di kuartal II. Analis Omdia pun mencatat iPhone 11 sebagai peringkat pertama jenis smartphone terlaris di semester pertama tahun ini dengan penjualan mencapai 37,7 unit secara global.

Kedigjayaan Huawei di kuartal II tak berlanjut pada triwulan selanjutnya. Samsung kembali mengambil alih peringkat pertama dengan mengirim 80,2 juta unit smartphone dan menguasai 23% pasar global pada kuartal III. Sementara Huawei tercatat mengirim 51,7 juta unit dan menguasai 14,9% pasar global.

Analis dari Canalys, Shengtao Jin menilai pembalikan Samsung terpengaruh tiga faktor. Pertama, permintaan yang terpendam di kuartal II akibat ritel offline tak terakses selama pembatasan sosial di sejumlah negara tersalurkan lagi di kuartal III.

Kedua, perusahaan asal Korea Selatan tersebut mendapat keuntungan dari sentimen anti-Tiongkok di India pasca konflik wilayah pada Juni lalu yang membuat konsumen enggan membeli Huawei. Samsung pun mendapat rumah kedua di India.

Ketiga, Samsung berhasil meningkatkan peluncuran smartphone kelas bawah hingga menengah dan memberi insentif lain kepada konsumennya. Beberapa insentif adalah diskon dan pengiriman online gratis yang, menurut Jin, sangat berguna merangsang permintaan pasar.

Apple pun harus turun ke peringkat keempat di kuartal III. Tergeser oleh Xiaomi yang mengirim 47,1 juta unit smartphone dan menguasai 13,5% pasar global. Penyebabnya karena masih banyak gerai perusahaan asal Amerika Serikat tersebut yang belum pulih usai tutup selama pandemi. Di sisi lain, Xiaomi berhasil berekspansi ke pasar baru seperti Amerika Latin.

Peningkatan penjualan smartphone Xiaomi terdorong juga oleh pemasaran online yang agresif untuk tipe Redmi dan Mi. Presiden sekaligus CFO Xiaomi, Wang Xiang mengatakan, Redmi menjadi produk yang fokus pada performa atraktif dengan harga terjangkau di pasar e-commerce.

Sementara, menurut Wang, Mi menghadirkan fitur dan harga yang lebih tinggi. “Merek Mi juga berfokus pada platform e-commerce untuk terus meningkatkan efisiensi (penjualan),” ujarnya.

Editor: Muhammad Ahsan Ridhoi