Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku pada Ternak yang Tengah Mewabah

Siti Nur Aeni
17 Mei 2022, 18:56
penyakit mulut dan kuku
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Ilustrasi, dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan di Jakarta, Kamis (12/5/2022). Pemeriksaan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) setempat itu guna mencegah penyebaran wabah virus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang sudah merebak di sejumlah daerah.

Pada awal Mei, Kementerian Pertanian (Kementan) resmi menetapkan sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh dan Jawa Timur sebagai daerah terdampak wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada hewan ternak.  Wabah ini berkembang sangat cepat.

Bahkan, per 11 Mei 2022, Satgas Pangan Jawa Timur telah mencatat 3.481 sapi yang terinfeksi PMK. Jumlah ini setara dengan 0,25% dari total populasi sapi di Jawa Timur. Dari seluruh sapi yang terdampak PMK, Satgas Pangan mencatat 1,6% atau 54 sapi dinyatakan mati.

Penyakit mulut dan kuku hewan ternak menjadi wabah yang patut diwaspadai. Lantas, apakah yang menyebabkan wabah ini terjadi? Dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku?

Berdasarkan penjelasan di jurnal WATAZOA Vol. 3, No. 2, diterangkan bahwa penyakit mulut dan kuku adalah penyakit hewan yang cepat menular dan menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, domba, babi, rusa/kijang, onta, dan gajah.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Foot Mouth Disease yang termasik dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus. Sel yang terinfeksi virus PMK akan membentuk protein virus dan terjadi perbanyakan RNA virus.

Apabila jumlah RNA sudah banyak, maka fungsi RNA ini berubah menjadi mRNA sebagai pola untuk perbanyakan RNA virus. Pola perbanyakan ini berbeda dengan virus lainnya. Sebelum dimulailnya pembentukan protein virus, umumnya akan terbentuk penyusunan gen virus terlebih dahulu.

Virus penyebab penyakit mulut dan kuku pada sapi ini dapat bertahan hidup di lingkungan tergantung dari situasi dan kondisi suhu serta tingkat kemasaman. Virus ini termasuk stabil dan infeksif apabila masih berada di lapisan kulit, cairan lendir, dan terhindar dari paparan sinat matahari atau pada suhu yang relatif rendah.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...